20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Hari itu, lelaki setengah tua itu kembali membawa obat2an yang sama, campuran Hong hong,<br />

Lam-chee dan lain2. tanpa merasa Boe Kie berkata Toasiaok, obat itu tidak begitu cocok<br />

untuk mengobati lukaku ini. Bolehkah memohon pertolongan supaya toasioak suka<br />

menukarnya?<br />

Dia kelihatan mendongkol dan mengawasi Boe Kie dari kepala sampai ke kaki Surat obat<br />

Looya mana bisa salah? katanya. Kau kata tak cocok. Tapi dengan obat itu, kau teloah<br />

dihidupkan kembali. Bocah, jangan kau ngaco belo. Looya seorang mulia, sehingga meskipun<br />

ia dengar perkataanmu, ia tentu tak menjadi gusar. Tapi kau sendiri harus mengenal kira2<br />

jangan asal menggoyangkan lidah sehabis berkata ia segera menempelkan obat itu si luka Boe<br />

Kie dan lalu membalutnya.<br />

Sesudah selesai ia berkata. saudara kecil, kulihat kau sudah mulai sembuh. Adalah pantas jika<br />

sekarang kau menghaturkan terima kasih kepada Looya, Tai tai dan Siocia yang sudah<br />

menolong jiwamu.<br />

Tentu saja kata Boe Kie Toasiok, kalau dapat, sekarang saja aku mohon kau mengantarkan<br />

aku pada mereka.<br />

Dengan ditemani orang itu sebagai penunjuk jalan, Boe Kie melalui lorong yang sangat<br />

panjang dan sudah melewati dua ruangan. Mereka masuk ke sebuah ruangan yang sangat<br />

indah. Waktu sudah musim dingin dan dan hawa di seluruh daerah gunung Koen Loen dingin<br />

bukan main, tapi ruangan itu hangat bagaikan di musim semi dan anehnya Boe Kie sama<br />

sekali tidak melihat perapian. Dengan rasa kagum ia mengawasi sebuah vas indah di atas meja<br />

dengan beberapa batang bunga bwee merah, didepan dialaskan dengan seprei sulam dan<br />

kursi2 dengan bantal sulam yang terbuat dari sutra. Seumur hidupnya, ia belum melihat<br />

ruangan yang seindah itu. Tiba2 ia ingat pakaiannya yang compang camping, sehingga ia<br />

merasa mukanya panas.<br />

Disitu tidak terdapat manusia. Dengan sikap hormat dan sambil membungkuk pengantarnya<br />

berkata Bocah yang digigit anjing sudah sembuh dan ia datang untuk menghaturkan terima<br />

kasih kepada Looya dan Tai tai.<br />

Beberapa saat kemudian, dari belakang sekosol muncul seorang gadis kecil yang baru<br />

berumur kira2 lima belas tahun. Sesudah melirik Boe Kie, ia berkata Kiauw Hok, terlalu kau!<br />

Mengapa kau bawa ia kemari? Kutu busuk dipakaiannya bisa berlompatan disini.<br />

Ya.ya kata Kiauw Hok<br />

mwndengar perkataan itu Boe Kie memang sudah merasa jengah, jadi lebih malu lagi,<br />

sehingga selebar mukanya lantas saja berubah merah. Memang benar, sebab tak punya<br />

tukaran, pakaian yang comang camping sudah banyak tumanya. Diam2 ia melirik da melihat<br />

bahwa gadis itu berparas cantik dengan muka potongan telor dan mengenakan pakaian<br />

semacam sutra yang berkilauan, sedang pergelangannya sangat halus Waktu diserang anjing,<br />

kudengar suara bentakan seorang wanita katanya dalam hati. Kiauw Toasioak juga<br />

mengatakan bahwa orang yang menolong aku adalah siocianya. Kalau begitu dialah siocia<br />

yang dimaksudkan. Aku harus menghaturka terima kasih dengan berlutut. Memikir begitu ia<br />

lantas saja menekuk kedua lututnya seraya berkata. Terima kasih atas pertolongan siocia.<br />

Selama hidup Thio Boe Kie takkan melupan budi yang sangat besar.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 535

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!