20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Hampir berbareng dengan teriakan itu, tubuh si jubah panjang sudah melesat beberapa tombak<br />

jauhnya dan apa yang hebat, Ceng hian telah tertawan! Sambil mendukung tawanannya, lelaki<br />

itu lari bagaikan terbang.<br />

Ceng hie dan seorang saudari seperguruannya yang bernama Souw Bong Ceng, segera<br />

menghunus senjata dan terus mengubar. Tapi gerakan orang itu cepat luar biasa dan dalam<br />

sekejap, dia sudah lari jauh. Seraya mengeluarkan siulan nyaring, Biat coat turut mengubar<br />

sambil mencekal Ie Thian Kiam.<br />

Kepandaian Ciang boenjin dari Goe bie pay tentu saja lain dari pada yang lain. Dalam<br />

beberapa saat saja, Biat coat sudah melewati kedua muridnya dan dilain detik, sinar hijau dari<br />

Ie hian kiam menyambar punggung si jubah panjang. Tapi orang itu mempunyai kegesitan<br />

yang menakjubkan. Bagaikan kilat, ia berhasil menyelamatkan diri dari tikaman yang dahsyat<br />

itu.<br />

Biarpun sedang mendukung Ceng hian, kecepatan lari si jubah panjang ternyata tidak kalah<br />

dari pengejarnya. Bukan saja begitu, ia bahkan juga seakan2 seperti mau memperlihatkan<br />

kepandaiannya, karena sebaliknya daripada kabur terus, ia lari berputaran, memutari murid2<br />

Go bie pay yang menonton dengan mulut ternganga. Beberpa kali Biat coat menikam, tetapi<br />

tikamannya selalu jatuh di temapt kosong.<br />

Sesudah main udak2an, barulah hudtim Ceng hian jatuh ke tanah.<br />

Sesaat itu, Ceng hie dan Souw Bong Ceng sudah berhenti mengubar dan bersama saudari<br />

saudara seperguruannya, mereka mengawasi ubar2an itu sambil menahan nafas.<br />

Kedua tokoh itu berlari2 bagaikan terbang dengan menggunakan ilmu ringan badan. Betapa<br />

tinggi ilmu mereka dapat membayangkan dengan melihat kenyataan, bahwa debu dan pasir<br />

tidak beterbangan akibat injakan kaki mereka. dengan hati berdebar2 murid2 Go bie<br />

mengawasi Ceng hian yang dibawa lari tanpa berkutik.<br />

Semua orang tahu, bahwa kakak seperguruan itu berkepandaian tinggi dan sudah mewarisi<br />

sebagian besar ilmu guru mereka. Cara bagaimana ia bisa dibekuk secara begitu mudah dan<br />

sudah ditawan, sedikitpun tidak berdaya lagi? Sebenarnya mereka ingin sekali mencegat<br />

musuh yang tengah diubar itu. Tapi mereka tidak berani berbuat begitu, karena kuatir digusari<br />

sang guru, sebab bantuan tersebut berarti merosotnya nama besar Biat coat suthay. Maka<br />

itulah mereka hanya menonton dengan mata terbelalak.<br />

Dalam sekejap si jubah panjang dan Biat coat sudah membuat tiga putaran.<br />

Meskipun si nenek sudah mengeluarkan seantero kepandaiannya, ia tetap tidak dapat<br />

menyusul musuh. Jarak antara mereka tidak berubah. Biat Coat masih ketinggalan beberapa<br />

kaki di belakang si jubah panjang. Dengan mengingat, bahwa orang itu berlari2 sambil<br />

mendukung Ceng hian yang beratnya kira2 seratus kati, maka dapatlah ditarik kesimpulan,<br />

bahwa dalam ilmu ringan badan, ia lebih unggul setingkat daripada si nenek kouw tua.<br />

Sesudah menonton beberapa lama, Boe Kie menarik ujung baju Cio Jie seraya berbisik <strong>Mar</strong>i<br />

kita kabur.<br />

Tidak, keramaian ini tidak bisa tidak ditonton sampai habis jawab si nona.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 641

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!