20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Sambil menarik tangan si nona, Cia Soen berkata, “Kemana kau mau lari? Apa besok kamu<br />

tidak bakal bertemu pula. Aha! Kutahu, katu tidak sudi memanggil “Kong kong” kepadaku, si<br />

buta. Bukankan begitu?”<br />

“Bukan! Bukan begitu!”<br />

“Dengan lain perkataan, kau menyetujui usulku?”<br />

“Tidak!... tidak!....”<br />

“Mengapa tidak? Apa kau anggap anak angkatku tak pantas menjadi pasangan?”<br />

Cie Jiak tidak lantas menjawab. Sejenak kemudian, sambil menatap muka Kim mo Say ong ia<br />

berkata dengan suara perlahan. “Thio Kong coe, memiliki ilmu silat yang sangat tinggi dan<br />

namanya terkenal diseluruh kalangan Kangouw. Kalau seorang wanita bisa mendapatkan ia<br />

sebagai suami, apalagi yg masih kurang? Tapi… tapi…”<br />

“Tapi apa?”<br />

“Tapi…. Didalam hati, dia mencintai Tio Kouwnio. Kutahu adanya kenyataan ini.”<br />

Cia Soen menggertak gigi. “Tidak bisa jadi!” katanya. “Tak mungkin Boe Kie kelelap<br />

terhadap perempuan yg begitu jahat, yg sudah mencelakai kita secara begini hebat. Boe Kie<br />

aku ingin dengar pernyataan dari mulutmu sendiri.”<br />

Didepan mata Boe Kie terbayang senyuman dan cara2 Tio Beng yg membetot hati. Ia merasa<br />

sangat beruntung kalau bisa menikah dengan gadis yg sangat menarik hati itu. Tiba2 ia<br />

seolah2 melihat pula jenazah In Lee yg mukanya penuh dengan goresan pedang. Darahnya<br />

meluap dan ia segera berkata, “Tio Kouwnio adalah musuh besarku. Aku akan <strong>membunuh</strong> dia<br />

guna membalas sakit hatinya piauwmoay.”<br />

“Cioe Kouwnio, kau dengarlah!” kata Coa Soen. “Apa kau masih tak percaya?”<br />

“Aku masih bersangsi…” jawabnya dengan suara perlahan. “Aku masih bersangsi, kecuali…<br />

kecuali dia bersumpah. Kalau tidak, aku lebih suka mati daripada ditolong olehnya.”<br />

“Boe Kie, lekas sumpah!” kata sang Giehoe.<br />

Boe Kie segera berlutut dan berkata. “Apabila aku, Thio Boe Kie, melupakan sakit hatinya<br />

piauwmoay, biarlah langit dan bumi mengutuk aku.”<br />

“Kau harus bicara secara tegas,” kata Cie Jiak. “Apa yg ingin diperbuat olehmu terhadap Tio<br />

Kouwnio?”<br />

Didalam hati Cia Soen merasa geli. Galak benar nona Cioe! Belum jadi istri, tuntutannya<br />

sudah begitu hebat. Tapi sebagai seorang tua, ia lantas saja berkata. “Boe Kie, hayolah bicara<br />

biar tegas!”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1121

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!