20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

erkata dalam hatinya. Kalau mereka turun tangan banyak saudara bakal jadi korban. Lebih<br />

baik aku turun tangan lebih dahulu.<br />

Tapi lantas saja ternyata bahwa mereka tak bermaksud untuk menyerang. Dari jauh Tio It<br />

Siang, yang jadi pemimpin sudah meng-goyang2kan sebatang tongkat pendek kepala <strong>naga</strong><br />

yang berwarna kuning emas. Majikan mengeluarkan perintah untuk segera menarik pulang<br />

tentara! teriaknya.<br />

Seorang Cian hoe thio yang memimpin barisan itu lantas saja beteriak dalam bahasa Mongol<br />

dan seluruh barisan segera mundur dengan teratur.<br />

Sementara itu, dengan tangan menyangga nampan, Cian Jie pay melompat turun dari<br />

tunggangannya dan menghampiri Boe Kie seraya membungkuk ia berkata, Majikanku minta<br />

Kauw coe suka menerima ini sebagai kenang2an. Di atas nampan itu yang dialaskan dengan<br />

selembar sutera sulam warna kuning terdapat sebuah kotak emas dengan ukir2an yang sangat<br />

indah.<br />

Boe Kie menjemput kotak itu yang kemudian lalu diserahkan kepada Siauw Ciauw. Cian Jie<br />

pay membungkuk lagi, mundur tiga tindak dan kemudian barulah melompat ke punggung<br />

tunggangannya.<br />

Sesudah musuh mundur dan rombongan Sin-cian Pat hiong berlalu, tanpa menyia-nyiakan<br />

waktu lagi Boe Kie segera mengeluarkan pohon-pohon bunga yang serupa Cioe sian dari<br />

sakunya. Ia minta air bersih dan kemudian menghancurkan semua ubi yang warna merah di<br />

dalam air. Campuran itu segera diberikan kepada Ie Thian Ceng dan yang lain2 untuk<br />

diminum. Kecuali Boe Kie sendiri yang dilindungi Kioe yang sin kang sehingga tak mempan<br />

racun, semua orang yang turut makan minum dalam Soet kok sudah kena racun. Yo Poet<br />

Hwie terbebas sebab ia menemani In Lie Heng di dalam kamar, begitupun Siauw Ciauw dan<br />

para anggota Beng kauw yang lainnya, yang makan minum di lain ruangan.<br />

Obat yang diberikan Boe Kie sangat mustajab. Belum cukup setengah jam, rasa pusing sudah<br />

hilang dan yang masih ketinggalan hanya perasaan lemas.<br />

Menjawab pertanyaan beberapa orang cara bagaimana ia tahu tentang keracunan itu, sambil<br />

menghela napas Boe Kie berkata. Kita semua berhati-hati dan kalau racun ditaruh dalam<br />

makanan atau minuman, kita bisa segera mengetahuinya. Di luar dugaan caranya wanita lihay<br />

luar biasa. Sebelum kalian merasa pusing, siapapun jua tak akan bisa menebaknya. Pohon<br />

kembang yang menyerupai bunga Coei sian itu adalah pohon Coei sian Leng hoe yang jarang<br />

terdapat di dalam dunia. Pada hakekatnya pohon itu tidak beracun. Di lain pihak, pedang Ie<br />

thian kiam kayu terbuat daripada kayu Kie kiauw Hiang bok yang terdapat di dasar laut. Kayu<br />

ini pun pada hakekatnya tidak beracun. Tapi disinilah terletak kunci persoalan. Tapi, kalau<br />

bau wangi dari Coei sian Leng hoe dan Kie kiauw Hiang bok tercampur menjadi satu, maka<br />

kedua macam wangi2an itu akan berubah menjadi racun yang sangat berbahaya.<br />

Cioe Tian menepuk lututnya. Aha! Kalau begitu akulah yang bersalah, teriaknya. Aku yang<br />

gatal tangan sudah mencabut pedang kayu itu.<br />

Cioe heng tidak bersalah, kata Boe Kie. Wanita itu sudah bertekad untuk mencelakai kita,<br />

sehingga biarpun Cioe heng tidak mencabut pedang itu, ia tentu akan mencari jalan untuk<br />

mencabutnya. Kejadian itu tak akan bisa dicegah.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 859

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!