20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Cia Soen menengadah dan tertawa nyaring sehingga suaranya berkumandang di seluruh<br />

lembah, “Kim-mo Say-ong selamanya bekerja sebagai laki-laki,” katanya dengan suara keras.<br />

“Aku tak sudi <strong>membunuh</strong> sahabat sendiri. Tapi andaikata nenek itu musuh besarku akupun<br />

takkan turun tangan sebab dia sekarang sudah tidak bisa membela diri, Cia Soen belum<br />

pernah <strong>membunuh</strong> manusia yang tidak bisa melawan lagi.”<br />

Mendengar perkataan itu, Boe Kie merasa kagum sekali dan terhadap ketiga utusan itu ia<br />

mulai merasa muak.<br />

“Bagi setiap murid Beng-kauw melihat Seng hwee leng seperti melihat Kauwcoe sendiri,”<br />

kata Biauw hong soe. “Say-ong, apa kau mau memberontak?”<br />

“Cia Soen telah buta dua puluh tahun lebih. Biarpun kau menaruh Seng hwee leng<br />

dihadapanku, aku tak bisa melihatnya. Maka itu, melihat Seng hwee leng seperti melihat<br />

Kauwcoe sendiri tiada sangkut pautnya denganku.”<br />

“Bagus!” bentak Biauw hong soe dengan gusar. “Benar-benar kau mau berkhianat?”<br />

“Cia Soen tidak berani berkhianat, tapi tujuan Beng-kauw ialah melakukan perbuatanperbuatan<br />

yang baik dan menyingkirkan segala kejahatan. Disamping itu Beng-kauw pun<br />

sangat mengutamakan “gie kie”. Kepala Cia Soen boleh jatuh di tanah tapi Cia Soen tak boleh<br />

melakukan perbuatan sebusuk itu.”<br />

Nenek Kim hoa tidak bisa bergerak tapi ia mendengar tegas setiap perkataan Kim-mo Sayong.<br />

Boe Kie tahu bahwa ayah angkatnya tengah menghadapi bencana. Perlahan-lahan ia<br />

melepaskan In Lee di tanah.<br />

“Semua anggota Beng-kauw di Tiong-goan yang tidak menghormati Seng hwee leng akan<br />

mendapatkan hukuman mati,” bentak Lioe in soe.<br />

“Aku adalah Hoe-kauw Hoat ong (Raja Pelindung Agama),” kata Cia Soen dnegan suara<br />

lantang, “Biarpun Kauwcoe sendiri yang mau membinasakan aku, ia harus mengadakan<br />

upacara kepada Langit dan Bumi dengan memberitahukan segala dosa-dosaku.”<br />

Biauw hong soe tertawa. “Gila!” katanya. “Di Persia tidak ada peraturan begitu. Begitu<br />

datang di Tiong-goan, Beng-kauw segera mempunyai aturan yang gila-gila.”<br />

Mendadak Sam soe membentak kerasa dan menyerang dengan berbarengan. Cia Soen segera<br />

memutar To liong to untuk melindungi diri. Sesudah menyerang tiga jurus tanpa berhasil<br />

dengan serentak mereka mengeluarkan Seng hwee leng. Hwie goat soe merangsek dan<br />

memukul batok kepala Cia Soen dengan Seng hwee leng yang dicekal dalam tangan kirinya.<br />

Cia Soen menangkis dengan goloknya. “Trang!” Biarpun senjata mustika, golok itu tidak bisa<br />

memutuskan Seng hwee leng. Hampir bersamaan, Lioe in soe menggulingkan diri di tanah<br />

dan memukul betis Cia Soen sehingga ia terhuyung satu dua langkah. Pada detik yang<br />

bersamaan Biauw hong soe berhasil menotok punggung Cia Soen dengan Seng hwee lengnya.<br />

Mendadak ia merasa tangannya dibetot orang dan Seng hwee leng dirampas. Dengan hati<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1060

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!