20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

dirasakan oleh Kay pang sendiri. Aku sudah mencuri surat itu karena melihat ketololan Liong<br />

tauw Toako dan juga karena di dalam Kay pang terdapat suatu soal besar yang memerlukan<br />

kedatangan di tempat ini.”<br />

“Terima kasih atas bantuan Toacie,” kata Boe Kie sambil merangkap kedua tangannya.<br />

“Terimalah hormatnya Boe Kie.”<br />

Si nona membalas hormat. “Thio Kauwcoe, tak usah kau memakai banyak peradatan,”<br />

katanya sambil tersenyum.<br />

Boe Kie mengibaskan tangan kanannya dan surat itu lantas saja terbang ke arah Ciang pang<br />

Liong tauw. Sesudah itu, diam diam ia mengirim “am kin” (te<strong>naga</strong> gelap atau te<strong>naga</strong> yang<br />

dikirim dari jarak jauh), yang biarpun dikirim belakangan, tiba terlebih dulu, kira-kira dua<br />

kaki di sebelah depan surat tersebut.<br />

Demikianlah, pada saat Ciang pang Liong tauw mengangsurkan tangannya untuk menyambut<br />

surat itu, tiba-tiba ia didorong dengan semacam te<strong>naga</strong> yang tidak kelihatan, sehingga mau tak<br />

mau, ia terhuyung tiga langkah ke belakang hampir hampir ia jatuh terguling di lantai. Sedetik<br />

kemudian surat itu jatuh di lantai.<br />

Si tua kaget tercampur gusar. Sambil membungkuk dan menjemput surat itu, ia berteriak.<br />

“Perempuan binatang mana yang menyerang dengan anak panah gelap?” Ia mencaci begitu<br />

sebab menduga dirinya diserang dengan senjata rahasia luar biasa oleh salah seorang wanita<br />

tersebut.<br />

Si baju kuning menggeleng-gelengkan kepalanya. “Sungguh cuma-cuma kau menjadi salah<br />

seorang tokoh Kay pang,” katanya dengan suara menyesal. “Kau bahkan tak tahu pukulan<br />

Khek-shoa Peh goe dari Thio Kauwcoe.” (Khek shoa Peh goe – memukul kerbau dari tempat<br />

yang teraling gunung).<br />

Para pengemis terkejut. Mereka sudah dengar bahwa dalam Rimba Persilatan terdapat<br />

semacam ilmu yang bisa merobohkan musuh dari jarak jauh, tapi belum pernah menyaksikan<br />

dengan mata sendiri. Di luar dugaan, hari ini mereka membuktikan kebenaran cerita itu.<br />

“Orang pintar sering melakukan perbuatan tolol karena kepintarannya itu,” kata pula si baju<br />

kuning. “Dunia memang begitu. Kamu merasa bahwa dengan menawan Han Lam Jie, kamu<br />

akan bisa memaksakan takluknya Han San Tong? Hari itu, sebab beberapa kali menemui<br />

rintangan kau sudah mengambil jalanan kecil untuk menyingkir dari segala ganggugan. Tapi<br />

kau tidak tahu, bahwa andaikata surat itu bisa didengar oleh Han San Tong, bagi Kay-pang<br />

sedikitpun tidak ada faedahnya.”<br />

Mendengar perkataan si nona, mendadak Tan Yoe Liang ingat sesuatu. Buru buru ia<br />

mengambil surat itu dari tangan Ciang pang Liong tauw. Amplop surat kelihatannya masih<br />

utuh. Ia lalu merobek amplop, mengeluarkan suratnya dan lalu membacanya. Begitu<br />

membaca, paras mukanya berubah pucat. Mengapa? Sebab surat itu yang semula isinya untuk<br />

memaksakan menakluknya Han San Tong kepada Kay pang, sekarang berubah menjadi surat<br />

minta menakluknya Kay pang kepada Beng kauw! Surat itu penuh dengan perkataan<br />

perkataan merendahkan diri, memohon-mohon supaya Beng kauw sudi menerima<br />

menakluknya Kay pang.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1204

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!