20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

2 jari tanganku sudah putus kata Ho Thay Ciong Putus sebelah lagi tak menjadi soal. Ambil<br />

pedang!<br />

Orang itu tertawa dingin. Kalau semua jari tanganmu sudah putus, biarpun kau mau<br />

menakluk, kami takkan menerima. Perlu apa menerima orang yang sudah tak berguna lagi?<br />

Serahkan pedang padanya! Mokopas, kau majulah terlebih dahulu.<br />

Baik. Jawab seorang yang suaranya kasar.<br />

Dengan menggunakan sinkang, Boe Kie meniup celah jendela yang lantas terbuka lebar. Ia<br />

melihat Ho Thay Ciong yang memegang pedang kayu yang ujungnya dibungkus kain. Yang<br />

berdiri didepannya adalah seorang tinggi besar yang memegang sepasang golok baja. Tapi Ho<br />

Thay Ciong sedikitpun tak merasa keder dan sambil mengibaskan pedang kayu, ia membentak<br />

Hayolah! seraya berkata begitu, ia membacok salah satu pukulan lihai dari Koen Loen Kiam<br />

hoat.<br />

Mokopas berkelit dan balas menyerang. Jika bertubuh besar, gerakannya cukup gesit dan<br />

setiap serangannya ditujukan kepada badan Ho Thay Ciong yang berbahaya.<br />

Sesudah memperhatikan beberapa jurus, Boe Kie berkata didalam hati Mengapa tindakan Ho<br />

sianseng kosong dan nafasnya tersengal2? Ia kelihatan sudah tak punya te<strong>naga</strong> dalam.<br />

Semenjak memiliki Kioe yang Sin kang dan Kian koen Tay lo ie Sim hoat, Boe Kie dapat<br />

memahami berbagai ilmu silat yang terdapat dalam dunia persilatan. Selama beberapa bulan<br />

yang paling belakang, ia telah menerima banyak petunjuk dari Thio Sam Hong, sehingga<br />

kepandaiannya tambah tinggi. Kini, makin lama ia menonton pertandingan antara Ho Thay<br />

Ciong dan pendeta See hoan itu, makin ia merasa bahwa dibalik pertempuran itu terselip suatu<br />

latar belakang. Kiam hoat Ho Thay Ciong tetap lihai akan tetapi ia tidak memiliki lagi<br />

Lweekang dan te<strong>naga</strong>nya bersaman dengan te<strong>naga</strong> orang biasa yang tidak mengerti ilmu silat.<br />

Dilain pihak kepandaian Hoan ceng itu kalah jauh dari Ho Ciangboen. Beberapa kali ia<br />

menyerang dengan hebat. Tapi setiap serangannya dapat dipunahkan. Sesudah bertanding<br />

kira2 50 jurus tiba2 Ho Thay Ciong membentak. Kena pedang kayu yang menyambar ke<br />

timur mendadak dan membelok ke barat dan mapir tepat di iga pendeta See hoan itu. Jika<br />

pedang itu pedang baja atau jika Ho Thay Ciong masih mempunyai Lweekang pendeta itu<br />

sudah pasti sudah binasa. Tapi sekarang bacokan itu, hanya mengakibatkan sedikit rasa sakit.<br />

Mokopas, mundur kau! bentak orang yang suaranya dingin. Uawei sekarang giliranmu!<br />

Boe Kie mengawasi orang yang memberi perintah itu. Muka orang yang berjenggot putih,<br />

seolah2 tertutup oleh selapis asap hitam dan dia bukan lain daripada salah seorang dari Hian<br />

beng Jie lo. Ia berdiri sambil menggendong tangan dan kedua matanya dirapatkan, seolah2 dia<br />

tidak memperdulikan apa yang terjadi dalam ruangan itu.<br />

Tiba2 Boe Kie melihat sepasang kaki diatas sebuah meja kate yang dialaskan dengan sutra<br />

sulam. Kedua kaki itu memakai sepatu kuning dan diatas setiap sepatu tertera dengan sebutir<br />

mutiara yang berkeredapan. Jantung Boe Kie memukul keras. Ia mengenali, bahwa sepasang<br />

kaki itu yang bulat dan bagus sekali bentuknya adalah kaki nona Tio Beng. Dalam pertemuan<br />

di Boe tong san, ia menghadapi nona itu sebagai seorang musuh. Tapi sekarang entah<br />

mengapa hatinya berdebar2 dan paras mukanya berubah merah.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 939

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!