20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Usul itu segera disetujui oleh lima enam orang.<br />

“Aku telah menerima perintah Siansoe untuk menjadi Ciangboenjin dan tak dapat aku<br />

menyerahkan cincin ini, kata Cie Jiak. “Sebenarnya aku tak kepingin untuk menjadi<br />

Ciangboenjin, tapi aku sudah bersumpah berat dan aku pasti tak bisa menyia-nyiakan harapan<br />

Siansoe.<br />

“Kau mau serahkan atau tidak? bentak Teng Bin Koen. “Menurut peraturan partai, larangan<br />

pertama tak boleh menghina guru dan larangan kedua tak boleh berjina. Dan kau masih mau<br />

mengurus partai kita?<br />

“Nonamu bakal celaka! bisik Tio Beng di kuping Boe Kie. “Jika kau suka memanggil aku<br />

dengan kata-kata Ciecie yang baik, aku bersedia untuk menolong dia.<br />

Boe Kie tahu, bahwa nona Tio yang sangat pintar tentu sudah mempunyai akal untuk<br />

menolong Cie Jiak. Tapi karena ia berusia lebih tua, maka ia merasa agak jengah untuk<br />

memanggil Ciecie kepadanya. Selagi ia bersangsi, Tio Beng berkata pula. “Kalau kau tak<br />

suka terserahlah kepadamu. Aku sekarang ingin berlalu.<br />

Dengan apa boleh buat, Boe Kie segera berkata dengan suara perlahan. “Ciecie yang baik…<br />

Si nona tertawa, tapi baru saja ia mau melompat keluar, orang2 Go bie rupa rupanya sudah<br />

merasakan bahwa sedang diintip orang. “Siapa disitu? bentak Teng Bin Koen.<br />

Sekonyong konyong di luar tembok terdengar batuk batuk, diiringi dengan suara orang nenek<br />

nenek. “Apa yang dilakukan oleh kamu di tengah malam buta? Di lain saat dua manusia lain<br />

sudah berada di pendopo itu. Boe Kie segera mengenali bahwa nenek yang bertongkat adalah<br />

Kim Hoa po po, sedangkan kawannya, seorang wanita yang bermuka jelek, bukan lain<br />

daripada Coe Jie atau A-iee, saudara sepupunya sendiri.<br />

Sebagaimana diketahui, pada waktu enam partai persilatan menyerang Kong beng teng Cie Jie<br />

telah dibawa lari oleh Wie It Siauw. Waktu mendekati Kong beng teng dengan diuber oleh In<br />

Ya Ong (ayah Coe Jie) dan Boe Kie, Wie Hok tong melepaskan si nona di lereng gunung, dan<br />

belakangan, ketika ia mencarinya kembali Coe Jie sudah menghilang.<br />

Semenjak perpisahan, Boe Kie seringkali memikiri nasib nona itu. Sekarang secara tak diduga<br />

duga, ia muncul bersama Kim Hoa po po. Bukan main girangnya Boe Kie hampir2 ia<br />

berteriak memanggilnya.<br />

“Kim hoa po po, perlu apa kau datang ke sini? tanya Teng Bin Koen.<br />

“Mana gurumu?<br />

“Kemarin siansoe meninggal dunia. Huh! Kau sudah mencuri dengar di luar tembok, tapi kau<br />

masih menanya juga.<br />

“Ah! Biat Coat mati? Bagaimana matinya? Mengapa ia tak menunggu untuk bertemu<br />

denganku? Hai! Sayang… sungguh sayang… Selagi berkata begitu, si nenek batuk tak<br />

henti2nya. Sambil menumbuk numbuk punggung orang tua itu, Coe Jie menengok kepada<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1017

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!