20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Coe Tiang Leng mencaci-caci sedang puterinya menangis keras sambil meratap, seperti juga<br />

sedang dihajar keras. Melihat sandiwara itu Boe Kie menghela nafas panjang. Jika aku belum<br />

mendapat bukti dari kepalsuannya, sudah pasti aku akan melompat ke luar, pikirnya.<br />

Karena yakin bahwa Boe Kie bersembunyi dalam hutan itu, mereka bersandiwara terus, yang<br />

satu memaki dengan kata-kata hebat, yang lain mengeluarkan teriakan-teriakan menyayat<br />

hati.<br />

Dengan kedua tangan, Boe Kie menutup kupingnya, tapi suara sesambat si nona masih tetap<br />

terdengar. Sebisa mungkin ia coba mengeraskan hati, tapi akhirnya ia tak dapat bertahan lagi.<br />

Sesudah mengambil keputusan nekat, tiba-tiba ia melompat keluar dan berteriak. Tak usah<br />

kamu melangsungkan permainan gila itu! Apa kamu kira aku tak tahu segala tipu busukmu?<br />

Melihat munculnya Boe Kie, Coe Tiang Leng beramai jadi girang, Aha! Ini dia! seru mereka.<br />

Dilain pihak sesudah mencaci, Boe Kie segera berlari bagaikan kalap. Coe Tiang Liat lantas<br />

saja mengejar. Sebelum melompat keluar, si bocah sudah mengambil keputusan untuk<br />

meninggalkan dunia yang kejam ini. Seperti seekor kijang, ia kabur ke arah tebing dengan<br />

melompat ke jurang yang dalam. Tapi Coe Tiang Leng memiliki ilmu ringan badan yang<br />

banyak lebih tinggi daripadanya. Maka itu, baru saja ia tiba di atas tebing, si orang she Coe<br />

sudah menyandaknya lalu menjambret belakang bajunya.<br />

Pada detik itu, kaki kanannya sudah menginjak tempat kosong dan separuh badannya sudah<br />

berada di atas jurang. Begitu Coe Tiang Leng menjambret punggungnya, kaki kirinya<br />

melompat dan badannya menubruk ke depan. Coe Tiang Leng tak pernah menduga bahwa<br />

bocah itu sedemikian nekat. Karena Boe Kie melompat dengan sepenuh te<strong>naga</strong>, ia turut<br />

terbetot. Sebagai seorang yang berkepandaian tinggi. Jika pada saat itu ia melepaskan<br />

cekalannya, dengan mudah ia akan dapat menolong diri. Akan tetapi ia mengerti, bahwa<br />

melepaskan anak itu berarti sama dengan melepaskan To Liong To. Selama kurang lebih dua<br />

bulan dengan susah payah ia sudah menjalankan tipunya, bahkan ia sampai mengorbankan<br />

gedung dan harta bendanya. Apakah ia harus melepaskan golok mustika yang sudah berada di<br />

depan mata?<br />

Seluruh tubuh Boe Kie sekarang berada di atas jurang, di tengah udara!....<br />

Celaka! Coe Tiang Leng mengeluh dengan hati mencelos. Tangan kirinya menyambar ke<br />

belakang dengan harapan bisa mencekal tangan Boe Liat yang turut mengejar tapi pada detik<br />

itu tangan Boe Liat masih terpisah kira-kira satu kaki.<br />

Ternyata te<strong>naga</strong> penarik To Liong To lebih dahsyat daripada ancaman bencana. Coe Tiang<br />

Leng tetap mencekal baju si bocah itu dan. Mereka berdua tergelincir ke dalam jurang yang di<br />

dalamnya berlaksa tombak!<br />

Sayup-sayup terdengar teriakan Kioe Tin dan Boe Liat. Sesaat kemudian segala apa tidak<br />

terdengar lagi, kecuali menderunya angin.<br />

Coe Tiang Leng mengerti bahwa kalau jatuh di dasar, badan akan hancur lebur. Ia adalah<br />

seorang yang sudah kenyang mengalami topan dan gelombang. Maka dalam menghadapi<br />

kebinasaan ia tak jadi bingung.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 577

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!