20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Memikir begitu, ia lantas saja menanya: "Apakah Toosoe yang menyerang kau dengan<br />

Bweehoa piauw akan turut datang dipulau itu?"<br />

So So tertawa sebaliknya dari menjawab pertanyaan orang, ia balas menanya: "Kaupun ingin<br />

menonton keramaian, bukan? Baiklah! Kita pergi bersama-sama." Ia menengok kepada Siang<br />

Kim Peng dan berkata pula "Siang Pangcoe, perahumu jalan duluan."<br />

"Baik," jawabnya sambil membungkuk dan lalu berjalan pergi, seperti caranya seorang<br />

pegawai terhadap majikannya. Sinona hanya mengangguk sedikit, tapi Coei San, yang<br />

menghargai ilmu silatnya orang itu, sudah mengantarkarnya sampai dipintu gubuk perabu.<br />

Sesudah itu, So So menggapai jurumudi seraya membentak: "Kemari kau!" paras muka si<br />

tukang perahu lantas saja berubah pucat dan tubuhnya menggigil. Ia mengerti, bahwa tadi ia<br />

sudah berbuat kesalahan dengan teriak-teriakannya dan sekarang ia akan mendapat hukuman.<br />

Dengan bibir bergemetaran, ia berkata: "Siauw .... siauwjin tidak sengaja ....... Mohon .....<br />

mohon Kouw nio sudi mengampuni .. ."<br />

Sinona tidak menjawab, sehingga dia jadi lebih ketakutan dan dengan sorot mata memohon<br />

pertolongan, ia mengawasi Coei San, yang merasa sangat tidak mengerti akan sikapnya itu.<br />

Bahwa jurumudi tersebut sudah berteriak-teriak meminta pertolongan Siang Kim Peng, adalah<br />

karena salah mengerti, karena ia menduga Coei San mau mencelakakan So So. Tapi,<br />

teriakannya itu adalah sebab kesetiaannya terhadap sinona. Mengapa ia sudah begitu<br />

ketakutan?<br />

Dilain saat, sinona berkata dengan suara kaku: "Matamu tak ada bijinya, kupingmu tuli. Perlu<br />

apa kau mempunyai mata dan kuping?"<br />

Mendengar comelan itu, paras muka sijurumudi lantas berubah girang, sebab ia tahu si nona<br />

sudah mengampuni Jiwanya. Baru-baru ia menekuk lutut seraya berkata: "Banyak terima<br />

kasih untuk kemurahan hati nona!" Hampir berbareng, ia meraba pinggannya dan menghunus<br />

sebilah pisau yang lalu digunakan untuk memotong kedua kupingnya. Sesudah itu, ia<br />

mengangkat pisau itu tinggi tinggi ditujukan kearah matanya!<br />

Bukan main kagetnya Coei San. Bagaikan kilat tangannya menyambar dan dua jirinya<br />

menjepit pisau itu yang sedang meluncur turun ke mata si jurumudi. "In Kauwnio," katanya.<br />

"Dengan memberanikan hati, aku memohon belas kasihanmu,"<br />

So So mengawasi kearah pemuda itu dan kemu dian berkata dengan suara perlahan:<br />

"Baiklah." Ia menengok pada si tukang perahu dan menyambung perkataannya: "Lekas<br />

haturkan terimakasih pada Thio Ngohiap !"<br />

Dengan tersipu-sipu, ia segera menekuk lutut dan manggut manggutkan kepalanya berulang<br />

ulang kali dihadapan Coei San dan kemudian berlutut lagi di hadapan So So. Sesudah itu, ia<br />

mundur ke belakang dan dengan suara nyaring memerintahkan ke anak buah perahu<br />

menaikkan layar.<br />

Sementara itu, Coei San berdiri membelakang So So dan mengawasi air yang luas tanpa<br />

mengeluarkan sepatah kata. Di dalam hati, ia merasa heran, bagaimana seorang wanita yang<br />

berparas begitu cantik mempunyai tangan begitu kejam.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 148

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!