20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Walaupun tak tahu apa artinya itu, Coei San dan So So girang tak kepalang dan harapan besar<br />

muncul dalam hati mereka. "Tolong! Tolong!" jerit So So. "Tolong....! Biruang mau<br />

mencelakakan manusia."<br />

Jeritan itu disambut dengan suara yang tadi, yang mendatangi dengan kecepatan luar biasa,<br />

lebih cepat dari terbangnya burung.<br />

Sesaat kemudian, didepan mereka berkelebat satu bayangan merah, seolah-olah sebuah bola<br />

api yang menyambar dari satu pohon disebelah depan dan kemudian hinggap didahan pohon<br />

dimana Coei San dan So So sedang menyembunyikan diri.<br />

Sekarang baru mereka bisa melihat nyata. Yang hinggap didahan itu adalah seekor kera yang<br />

bulu nya merah, tingginya kira-kira tiga kaki, mukanya putih seperti batu giok, sedang kedua<br />

matanya yang berkilat-kilat mengeluarkan sinar keemas emasan.<br />

Bahwa binatang yang datang kesitu adalah seekor<br />

kera yang begitu menarik, tidak diduga-duga mereka. Waktu berteriak untuk meminta<br />

pertolongan, So So menaksir, bahwa binatang yang mengeluarkan suara begitu adalah<br />

binatang buas yang sangat menakuti.<br />

Tapi karena sedang menghadapi bahaya besar, mau tidak mau, ia berteriak juga. Maka itu,<br />

dengan kegirangan yang meluap-luap, ia segera mengangsurkan tangannya kearah kera itu.<br />

Biarpun belum pernah melihat manusia kera itu ternyata pintar luar biasa. Ia rupanya mengerti<br />

maksud persahabatan itu dan segera mengulur satu tangannya dan menyentuh tangan si<br />

nyonya. Sambil menuding kawanan biruang itu, So So ber kata: "Mereka mau mencelakakan<br />

kami. Apa kau dapat menolong?"<br />

Melihat gerakan So So, seraya memekik kera itu melompat turun dan menghampiri salah<br />

seekor biruang. Dengan sekali menggerakkaa tangan, jari-jarinya amblas kedalam kepala<br />

biruang itu dan dilain saat, tangannya sudah memegang otak biruang. Ia melompat naik pula<br />

dan dengan sikap hormat, mengangsurkan otak biruang itu kepada So So.<br />

Coei San dan isterinya kaget bakan main. te<strong>naga</strong> binatang yang sehebat itu sungguh-sungguh<br />

belum pernah didengar mereka. So So sebenarnya tidak sanggup menelan otak mentah itu.<br />

Tapi sebab tidak mau membangkitkan kegusaran tuan penolong itu, dengan apa boleh buat, ia<br />

menyambutinya. Ia menggigit sebagian otak itu, dan menyerahkan sisanya kepada Coei San.<br />

Diluar dugaan, otak biruang itu lezat luar biasa, lebih enak dari makanan apapun jua yang<br />

pernah dimakannya. Sambil bersenyum, ia lalu mengambilnva kembali dari tangan suaminya<br />

dan menghabis kan semuanya.<br />

"Terima kasih, terima kasih," katanya sambil memanggut-manggutkan kepala.<br />

Dilain saat kera itu sudah melompat turun lagi dan mengambil pula dua otak biruang yang<br />

lalu dimakannya. Sungguh mengherankan, kawanan biruang itu bukan saja tidak berani<br />

melawan, tapi juga tidak berani lari Mereka terus mendekam diatas tanah, seperti orang yang<br />

sedang menerima hukuman.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 218

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!