20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

kepada ayah angkatnya, Cia Soen sudah berkata: “Seng Koen, kau bisa mengubah muka, tapi<br />

kau tak bisa mengubah suara. Begitu mendengar batukmu, aku lantas tahu kau siapa?”<br />

Si tua menyeringai, “Manusia buta, kau jangan bicara sembarangan!” katanya.<br />

Begitu mendengar suaranya, Boe Kie lantas saja mengenali bahwa dia itu memang benar<br />

Seng Koen. Waktu berada didalam karung diatas Kong Beng Teng, ia pernah mendengar<br />

pembicaraan manusia jahat itu. Ia lantas saja melompat dan mencegat jalan mundur musuh<br />

besar itu, “Goan tin Tay soe, Seng Koen Cianpwee,” katanya. “Seorang laki2 harus berani<br />

berterus terang. Mengapa kau menyembunyikan mukamu dri orang banyak?”<br />

Dengan menyamar, banyak tahun Seng Koen bersembunyi di Siauw Lim Sie. Banyak tahun ia<br />

mengatur siasat dan mengumpulkan kaki tangan untuk merebut kekuasaan. Menurut<br />

rencananya, hari ini ia akan mengadu domba para orang gagah, mencari tahu dimana adanya<br />

To Liong To, membinasakan Cia Soen dan akhirnya merampas kedudukan Hong thio Siauw<br />

Lim Sie, sesudah <strong>membunuh</strong> Kong beon dan Kong tie Seng ceng. Tapi diluar semua<br />

perhitungannya, muncullah si baju kuning. Waktu nona she Yo itu merobohkan Cie Jiak,<br />

hatinya mencelos dan tanpa merasa, ia batuk2 sewajarnya. Apa mau suara batuk itu didengar<br />

dan dikenali Cia Soen.<br />

Melihat Cia Soen memotong jalanan mundurnya, ia tahu semua rencananya telah hancur.<br />

“Para pendeta Siauw Lim dengarlah!” teriaknya. “Mo Kauw mengacau tempat yang suci ini<br />

dan menghina partai kita. Hajar mereka! Bunuh mereka!” Kaki tangan Seng Koen lantas saja<br />

menghunus senjata dan bergerak untuk menyerang.<br />

Selama beberapa hari Kong tie menahan sabar dan berduka sangat, sambil memikiri<br />

keselamatan suhengnya yang sudah jatuh kedalam tangan kaum pemberontak. Sekarang<br />

begitu mendengar perintah Seng Koen ia tahu, bahwa banyak orang akan mengorbankan jiwa.<br />

Ia menganggap, bahwa keselamatan Kong Boen seorang adalah soal kecil, jika dibandingkan<br />

dengan keselamatan ribuan manusia. Maka itu ia lantas saja berteriak, “Tahan! Murid2 Siauw<br />

lim tidak boleh bergerak. Dengarlah! Kong boen Hong thio sudah jatuh kedalam tangan<br />

pengkhianat Coan tin. Bekuk dia! Sesudah itu barulah kita menolong Hong Thio.”<br />

Dalam sekejap keadaan berubah kalut.<br />

Kaki tangan Seng Koen ciut nyalinya.<br />

Diantara kekalutan, Boe Kie lihat Cie Jiak tetap berduduk di tanah sambil menundukkan<br />

kepala. Ia merasa tak tega dan lalu menghampiri, akan kemudian coba membangunkannya.<br />

Tapi Cie Jiak mengibaskan tangannya dan buru2 kembali ke rombongan Go bie pay.<br />

Sementar itu Cia Soen sudah bicara dengan nyaring, “Segala kejadian yang terjadi di hari ini<br />

adalah gara2 Seng Koen dan aku. Segala urusan, segala hutang piutang haruslah dibereskan<br />

oleh kami berdua, suhu, semua kepandaianku diberikan suhu, Seng Koen, seluruh keluargaku<br />

dibinasakan olehmu. Kau adalah guruku dan musuhku. Hari ini kita perhitungan.”<br />

Melihat usahanya untuk menjadi Hong thio Siauw Lim sie sudah gagal, didalam hati Seng<br />

Koen lantas saja muncul lain tipu daya. “Cia Soen banyak dosanya, sehingga jita tidak bisa<br />

mengalahkannya, aku bisa menumplek semua kedosaan diatas kepadalnya,” pikirnya. “Semua<br />

kepandaiannya didapat dari aku dan kedua matanya buta. Mustahil aku tidak bisa<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1387

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!