20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Boe Kie tidak menyahut. Ia menatap wajah tunangannya dengan mata membelalak. Ia tak<br />

percaya kupingnya sendiri.<br />

Si nona menghela napas. Ia memutar badan dan berlalu.<br />

Boe Kie melompat dan seraya mencekal tangan tunangannya, ia bertanya dengan suara<br />

gemetar. "Apa .... bangsat Song Ceng Soe?"<br />

Cie Jiak mengangguk. Dengan air mata berlinang-linang ia berkata, "Aku ditotok dan aku<br />

tidak bisa melawan ... "<br />

Pada detik itu juga Boe Kie sudah mengambil keputusan. Ia memeluk Cie Jiak dan berkata<br />

dengan suara halus. "Cie Jiak, itu semua bukan salahmu. Sesudah beras menjadi bubur,<br />

jengkelpun tiada gunanya. Cie Jiak karena penderitaanmu itu, aku lebih mencintai kau, aku<br />

lebih merasa kasihan terhadapmu. Besok kita berangkat ke Hway see dan mengumumkan<br />

kepada saudara-saudara agamaku, bahwa kita akan segera menikah. Mengenai anak dalam<br />

kandunganmu, anggap saja, bahwa anak itu adalah anakku sendiri. Cie Jiak, bagiku kau masih<br />

tetap suci, kau tetap putih bersih, karena segala kejadian itu adalah diluar kemauanmu."<br />

"Perlu apa kau menghibur aku? Aku sudah ternoda. Mana bisa aku menjadi hoe jin (isteri)<br />

dari seorang Kauwcoe?"<br />

"Cie Jiak, dengan berkata begitu kau memandang rendah kepadaku Thio Boe Kie seorang<br />

laki-laki tulen. Pemandanganku berlainan dengan pemandangan orang biasa. Andai kata,<br />

karena khilaf, kau terpeleset dan jatuh, aku masih bisa melupakan segala kesalahanmu.<br />

Apalagi dalam hal ini, dimana bencana sudah datang diluar keinginanmu?"<br />

Bukan main rasa berterima kasihnya Cie Jiak. "Boe Kie Koko," katanya, "apa benar kau<br />

begitu mulia? Kukuatir kau menjustai aku."<br />

"Kecintaanku ... kebaikanku terhadapmu, kau akan tahu dihari kemudian. Pada hakekatnya,<br />

sekarang ini aku belum berbuat baik terhadapmu."<br />

Si nona menangis makin sedih. "Boe Kie Ko ko ... " bisiknya, "gugurkan saja kandungan ku<br />

dengan menggunakan obat ... "<br />

"Tidak boleh!" kata Boe Kie. "Menggugurkan kandungan adalah perbuatan berdosa. Selain<br />

begitu, hal itu bisa menusuk kesehatan badanmu." Waktu berkata begitu, didalam hatinya<br />

tiba-tiba muncul perasaan sangsi. Cie Jiak berada dalam tangan Kay pang hanya kira-kira<br />

sebulan lamanya. Apa bisa jadi dia sudah hamil? Diam diam ia memegang nadi tunangannya.<br />

Tidak! Ia tidak mendapatkan tanda-tanda kehamilan. Tapi ia tidak mau menanya lebih terang,<br />

Ia mahir dalam ilmu ketabiban, tapi kepandaian itu terbatas dalam bidang luka-luka dan<br />

penyakit karena keracunan. Dalam penyakit kalangan wanita, ia tak punya banyak<br />

pengetahuan.<br />

"Kalau anak ini perempuan masih tak apa," kata pula CieJiak. "Tapi kalau lelaki... Jika di hari<br />

kemudian kau menjadi hong tee (kaisar ) apakah dia harus menjadi tay coe ( putera mahkota<br />

)? Ah! ... sebaiknya, digugurkan saja untuk menghilangkan bibit penyakit."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1233

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!