20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

ujung pedang dengan kulit biruang dan kemudian, sambil mengerahkan Lwee kang sampai di<br />

jeriji tangan, ia menekuknya sehingga ujung pedang itu menjadi bengkok seperti gaetan. Tak<br />

lama kemudian, dengan menggunakan gaetan itu, ia berhasil menangkap seekor ikan yang<br />

cukup besar. Ikan diwilayah Kutub Utara gemuk dan banyak minyaknya, sehingga biarpun<br />

baunya sangat amis dapat menambahkan te<strong>naga</strong> dan menghangatkan badan.<br />

Demikianlah siang malam, gunung es itu terapung-apung kejurusan utara, Mereka mengerti,<br />

bahwa kemungkinin pulang ke Tionggoan hampir tidak ada, tapi hati mereka tenang dan<br />

damai. Ketika itu, siang sudah berubah sangat panjang, sedang malam sangat pendek dan<br />

mereka tak dapat mengbitung hari lagi. Pada suatu hari, mendadak mereka lihat mengepulnya<br />

asap hitam disebelah utara. So So yang melihat lebih dulu, mencelos hatinya dan paras<br />

mukanya berubah pucat. "Ngo ko!" teriaknya sambil, menuding asap hitam itu.<br />

"Apa disitu terdapat manusia?" tanya sang suami dengan rasa kaget tercampur girang. Tapi<br />

biarpun sudah tertampak dalam pandangan mata, tempat mana asap itu keluar masih terpisah<br />

jauh sekali, Sesudah lewat lagi satu hari, asap itu jadi makin besar dan makin tinggi<br />

kelihatannya dan diantara asap terlihat sinar api.<br />

"Siapa itu?" tanya So So.<br />

Sang suami tidak menjawab, ia hanya menggelengkan kepalanya.<br />

"Ngoko, ajal kita sudah hampir tiba," kata si isteri dengan suara gemetar. "Itu pintu nereka."<br />

Coei San terkejut, tapi ia segera membujuk: "Mungkin juga disana ada manusia yang sedang<br />

membakar hutan."<br />

"Kalau membakar hutan, bagaimana asap dan apinya begitu tinggi?" tanya sang isteri.<br />

"So So, sesudah tiba disini, biarlah kita menyerahkan segala apa kepada Langit," kata Coej<br />

San. "Kalau Langit tidak mau kita mati kedinginan dan ingin kita mati terbakar, biarlah kita<br />

menerima nasib."<br />

Dengan perlahan tapi tentu, gunung es itu terus menuju kearah asap dan api. Coei San dan So<br />

So yang tidak mengerti sebab musababnya, merasa sangat heran dan mereka hanya<br />

menganggap, bahwa apa yang bakal terjadi, baik kecelakaan maupun keselamatan, adalah<br />

takdir.<br />

Apa yang dilihat mereka sebenarnya adalah sebuah gunung berapi yang bekerja, sehingga<br />

sebagai akibat, air laut diseputar gunung itu menjadi hangat dan air yang hangat mengalir<br />

kejurusan selatan. Dengan demikian, secara wajar, air yarg dingin atau es terbetot kearah<br />

utara.<br />

Sebagaimana diketahui, angin dan gelombang yang saling terjadi ditengah lautan adalah<br />

karena perbedaan antara air dingin dan panas dalam hawa dan air.<br />

Sesudah terapung-apung lagi sehari semalam, gunung es itu tiba dikaki gunung.<br />

Ternyata gunung berapi itu berada diatas sebuah pulau yang sangat besar. Disebelah barat<br />

terdapat sebuah puncak dengan batu yang bentuk dan macamnya sangat aneh. Selama<br />

berkelana di daerah Tionggoan, Coei San sudah kenyang mendaki gunung-gunung yang<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 213

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!