20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Siauw Ciauw kegirangan. Ia melompat-lompat sambil menepuk-nepuk tangan. Mendengar<br />

suara kerincingan rantai, Boe Kie berkata, Coba aku berusaha memutuskan rantai itu.<br />

Kali ini kau pasti berhasil, kata si nona.<br />

Seraya mengerahkan Lweekang, Boe Kie membetot, tapi rantai itu hanya mulur dan tak putus.<br />

Celaka! Makin panjang akan makin sukar, kata Siauw Ciauw.<br />

Boe Kie menggelengkan kepala. Aneh benar.<br />

Mengapa rantai itu begitu alot?<br />

Rantai tersebut terbuat dari sebuah batu meteor yang jatuh dari langit. Batu itu mengandung<br />

semacam logam yang sifatnya sangat berbeda dengan logam apapun jua yang ada di dunia.<br />

Secara kebetulan batu itu dipatahkan salah seorang Kauwcoe dari Beng-kauw dan secara<br />

kebetulan pula pada jaman itu hidup seorang pandai besi yang luar biasa. Dengan<br />

menggunakan api si pandai besi melebur batu itu dan kemudian membuat rantai yang<br />

sekarang terikat pada kaki tangan Siauw Ciauw. Bahwa Boe Kie bisa menariknya sehingga<br />

mulur sudah merupakan suatu perbuatan yang tidak dapat ditiru oleh siapapun jua.<br />

Siauw Ciauw menunduk dan menghela nafas.<br />

Jangan jengkel, serahkan saja padaku, hibur Boe Kie. Aku akan berusaha untuk membuka<br />

rantai itu. Kita telah terkurung dalam perut gunung tapi aku masih bisa keluar. Aku tidak<br />

percaya kita tidak berdaya terhadap rantai yang begitu kecil.<br />

Si nona mendongak dan berkata seraya tertawa. Thio Kongcoe, sesudah berjanji kuharap kau<br />

tidak mungkir lagi.<br />

Aku akan minta supaya Poet Hwie Moay-moay membuka rantai itu, kata Boe Kie. Ia pasti tak<br />

akan menolak permintaanku.<br />

Dalam tekadnya untuk mencari Goan-tin, Boe Kie segera mendorong lagi kedua batu raksasa<br />

yang beratnya berlaksa kati. Tapi walaupun ia memiliki Sin-kang, te<strong>naga</strong> manusia selalu<br />

terbatas. Kedua batu itu hanya bergoyang-goyang sedikit dan tidak dapat digeser. Ia<br />

menggeleng-gelengkan kepalanya dan bersama Siauw Ciauw lalu keluar dari pintu batu yang<br />

terbuka. Sesudah berada di luar, ia memutar badan untuk menutupnya pula. Tapi ternyata<br />

yang merupakan daun pintu adalah batu raksasa, Boe Kie menghela nafas. Untuk membuat<br />

terowongan di bawah tanah itu, entah berapa banyak te<strong>naga</strong> dan pikiran yang sudah<br />

digunakan orang-orang Beng-kauw.<br />

Dengan tangan mencekal peta jalan rahasia, Boe Kie mengajak Siauw Ciauw mencari jalan<br />

keluar. Terowongan banyak cabangnya, tapi dengan pertolongan peta, dengan tak banyak<br />

kesulitan mereka bisa keluar.<br />

Begitu berada di alam bebas, mereka memejamkan mata karena tak tahan dengan sinar terang<br />

yang menyilaukan. Selang beberapa lama, perlahan-lahan mereka membuka mata lagi.<br />

Mereka ternyata berada di atas bumi yang tertutup salju. Mata mereka silau oleh sebuah sinar<br />

salju yang disoroti matahari.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 735

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!