20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Tak lama kemudian, seorang pendeta tua yang bertubuh jangkung kurus mendekati<br />

gelanggang pertempuran dan lalu menonton sambil tersenyum. Dua orang pendeta segera<br />

melompat keluar dari gelanggang dan bicara bisik-bisik dengan pendeta tua itu.<br />

Sementara itu, Kiam hoat sinona sudah kulihat.<br />

"Hai! Kau semua benar-benar tak mangenal malu !" teriaknya. "Kau orang mengugulkan<br />

Siauw lim sie sebagai pusat pelajaran ilmu silat, tapi tak tahunya, puluhan Toa hweeshio<br />

menarik keuntungan dengan jalan mengerubuti."<br />

"Berhenti!" membentak sipendeta tua bukan lain dari pada Boe sek Siansoe, sambil<br />

bersenyum. Mendengar perintah itu dengan serentak semua pendeta melompat keluar dari<br />

gelanggang dan berdiri dipinggiran.<br />

"Nona," menegur Boe sek dengan suara sabar.<br />

"Bolehkah aku mendapat tahu she dan nama nona yang mulia. Siapa nama orang tuamu dan<br />

siapa gurumu ? Ada urusan apa nona datang berkunjung ke kuil kami ?"<br />

"Hari ini aku sudah mengacau hebat dan jika diketahui ayah ibu dan Toakoko, mereka tentu<br />

akan mengomel," kata Kwee Siang dalam hatinya. Memikir begitu, ia lantas saja<br />

mengeluarkan suara dihidung. "Tak mung kin aku memberitahukan namaku," jawabnya. "Aku<br />

mendaki gunungmu karena ketarik dengan pemandangannya yang sangat indah dan sama<br />

sekali tidak mengandung maksud apapun juga. Tapi siapa nyana, Siauw lan-sie lebih angker<br />

dari pada keraton kaizar. Tak keruan-ruan, kau ingin merampas senjataku. Taysoe, aka ingin<br />

tanya. Apakah aku pernah menginjak pintu kuilmu?' Ia berdiam sejenak sambil mengawasi<br />

Boe sek dan kemudian berkata pula. "Dulu, pada wakta Tat-Mo Couw soe menurunkan ilmu<br />

silat, kurasa tujuannya yang terutama adalah supaya para pendata memiliki tubuh yang kuat<br />

supaya dapat menjalankan tugas2 keagamaan se-baik2nya. Tapi ternyata semakin lama nama<br />

Sauw lim sie semakin terkenal, ilmu silatnya jadi semakin tinggi dan kebiasaan<br />

mengeroyoknyapun jadi semakin kesohor! Baiklah, Toa hweeshio, jika kau mau merebut juga<br />

senjataku, ambillah! Tapi, kecuali kau membinasakan aku, kejadian ini pasti akan diketahui<br />

oleh semua orang dalam Rimba persilatan."<br />

Mendengar perkataan sinona yang sangat tajam itu. Boe Sek tergugu. Untuk sejenak ia<br />

mengawasi si nona dengan mulut ternganga dan tak bisa mengeluarkan sepatah kata.<br />

"Aku sendiri takut kejadian ini diketahui orang, tapi dia rupanya lebih takut lagi." kata Kwee<br />

Siang dalam hatinya. Memang juga puluhan pendeta mengerubuti seorang wanita bukan<br />

kejadian yang boleh dibuat bangga." Ia segera melontarkan pedangnya dan bertindak untuk<br />

turun gunung.<br />

Boe sek maju setindak sambil mengebas dengan lengan dan pedang itu lantas saja tergulung<br />

lengan jubah. Seraya mencekal senjata itu yang bernoda darah dengan kedua tangannya ia<br />

berkata: "Jika nona enggan menjawab pertanyaanku, biarlah aku mengembalikan saja senjata<br />

ini dan dengan segala kehormatan aku mengantar nona turun dari gunung ini."<br />

Kwee Siang tertawa. "Toa-hweeshio adalah seorang yang mengerti urusan dan boleh di buat<br />

contoh oleh pendeta2 disini." ia memuji sambil mengulur tangan untuk menyambuti. Tapi<br />

begitu lekas jerijinya menyentuh gagang pedang, ia terkesiap.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 12

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!