20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Demikianlah, perjamuan itu diliputi dengan kemasgulan dan sesudah meneguk beberapa<br />

cawan arak, mereka lalu bubar.<br />

Pada keesokan barinya, pagi-pagi benar guru itu berangkat dengan mengajak Boe Kie, diantar<br />

oleh muridnya sampai dikaki gunung. Song Wan Kiauw dan saudara saudaranya sebenarnya<br />

ingin turut serta, tetapi dilarang karena Sam Hong kuatir datangnya banyak orang akan<br />

menimbulkan kecurigaan bagi pihak Siauw lim.<br />

Dengan masing-masing menunggang keledai, si kakek dan si bocah menuju ke arah utara.<br />

Jarak antara Siauw Lim dan Boe-tong, dua pusat persilatan pada jaman itu, tidak terlalu jauh.<br />

Dari Boe-tong-san Ouw-pak utara, ke Siong-san di Ho lam barat, hanya memerlukan<br />

pelayaran beberapa hari. Sesudah menyeberangi sungai Han soe di Loo ho kow, mereka tiba<br />

di Lam yang. Terus menuju ke utara sampai di Nie-coo dan sesudah membelok kearah barat,<br />

tibalah mereka digunung Siong san.<br />

Sesudah mendaki Siauw sit san, mereka menambat keledai didahan pohon dan meneruskan<br />

perjalanan dengan jalan kaki. Sambil berjalan, Sam Hong ingat kejadian pada delapanpuluh<br />

tahun lebih yang lalu, kapan dengan memikul dua tahang<br />

mendiang gurunya, Kak wan Taysoe mengajak ia dan Kwee Siang melarikan diri dari Siauw<br />

Lim sie. Kejadian itu sudah hampir seabad, tapi seolah olah baru terjadi kemarin. Ia menghela<br />

napas dan hatinya terharu bukan main, karena diluar semua perhitungan, hari ini ia kembali<br />

ketempat dulu. Ia mengawasi puncak-puncak gunung dan kuil Siauw lim sie yang tiada<br />

berbeda seperti ada delapanpuluh tahun berselang. Tapi orang orang yang dicintainya yaitu<br />

Kak wan dan Kwee Siang, sudah tidak ada lagi didalam dunia.<br />

Tak lama kemudian, mereka tiba di pendopo Lip soat teng. Kebetulan, dua pendeta kelihatan<br />

mendatangi. Sam Hong menghampiri dan sesudah memberi hormat, ia berkata: "Aku minta<br />

pertolongan soehoe (tuan pendeta) untuk melaporkan kepada Hong thio Taysoe (kepala kuil),<br />

bahwa Thio Sam Hong minta bertemu."<br />

Mendengar nama "Thio Sam Hong," kedua pendeta itu terkejut. Dengan mata membelalak,<br />

mereka mengawasi kakek itu yang bertubuh tinggi besar, berambut dan berjenggot putih,<br />

sedang mukanya yang bersemu merah selalu bersenyum-senyum. Dilain saat, mereka<br />

tercengang karena orang yang mengaku bernama Thio Sam Hong itu, mengenakan jubah<br />

imam yang mesum.<br />

Mereka tak tahu, bahwa guru besar itu memang seorang sembarangan, sembarangan caracaranya<br />

dan sembarangan pula dalam berpakaiannya. Maka itulah, dibelakangnya sejumlah<br />

orang Kangouw menyulukinya sebagai "Tah-tah Toojin" (si imam mesum) dan ada juga<br />

orang yang menamakadnya "Thio Tah-tah"<br />

Melihat begitu, kedua pendeta itu agak kurang percaya. "Apa kau Thio ....Thio Cinjin dari<br />

Boe tong pay?" tanya salah seorang.<br />

Sam Hong tertawa. "Apa ada Thio Sam Hong palsu?" tanyanya.<br />

Mendengar jawaban itu yang bernada guyon-guyon dan sama sekali bebas dari keangkeran<br />

seorang guru besar dari sebuah partai persilatan yang besar, sipendeta makin tidak percaya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 371

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!