20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

dan ia yakin bahwa dalam tempo cepat ia tak akan bisa terlolos lagi dari racun yang<br />

menyambar dari depan dan turun dari atas seperti hujan gerimis dalam bingungnya ia<br />

menghantam punggung patung yang lantas saja berlubang besar, melihat begitu hatinya<br />

girang dan buru2 masuk kedalam perut patung. Dengan adanya aling2 itu garam itu tak bisa<br />

mencelakakan dirinya lagi.<br />

Karena bekerjanya racun garam agak lambat, maka meskipun Tek Seng berteriak kesakitan ia<br />

masih bergulingan.Sementara itu karena merasa jerih akan kepandaian Jie Thay Giam orang2<br />

Hay see pay belum berani menerjang masuk dan masih terus menimpuk dengan senjata<br />

rahasia mereka untuk menunggu sampai tak berdayanya kedua musuh itu.<br />

Menurut kebiasaan senjata rahasia beracun yang dikenal dalam dunia Kang ouw, seperti<br />

jarum emas, pasir besi dan sebagainya, mencelakakan manusia sesudah senjata itu menancap<br />

ditubuh dan racunnya masuk kejalanan darah. Tapi bekerjanya racun Hay see pay sedikit<br />

berbeda. Sesudah garam itu menempel dikulit, racunnya masuk kedalam badan manusia<br />

dengan per-lahan2 sampai sikorban binasa, Jie Thay Giam mengerti bahwa dengan<br />

bersembunyi didalam perut patung, ia tak akan bisa menghentikan serangan Hay see pay. Tapi<br />

karena tak ada jalan yang lebih baik ia harus menunggu sampai tumpukan garam itu mereda<br />

dan barulah coba menerjang keluar dari lubang asap.<br />

Ia segera mengeluarkan pel pemunah racun yang lalu ditelannya dan kemudian memusat ken<br />

semangat seraya menjalankan pernapasannya. Beberapa saat kemudian dadanya yang<br />

menyesak jadi lega kembali.<br />

Sementara itu, orang2 Hay see pay yang berada diluar kelenteng berdamai dengan suara<br />

perlahan.<br />

"Tak ada suaranya lagi mungkin mereka sudah pingsan" kata yang satu.<br />

"Tunggulah sebentar. Pemuda itu lihay sekali kita tidak boleh ter-gesa2" kata yang lain.<br />

"Sekali ini kita mendapat hasil besar dan Toako pasti akan memberi hadiah yang besar juga"<br />

kata orang ketiga.<br />

Tiba2 terdengar bentakan keras: "Hei! Lebih baik kamu menakluk supaya jangan membuang<br />

jiwa secara cuma2." Bentakan itu disusul dengan teriakan komando dan beberapa belas orang<br />

lantas saja menerjang masuk. Mereka semua sudah memakai obat pemunah sehingga tak<br />

takuti lagi garam beracun.<br />

"Dengan Heng-see-pay aku tidak mempunyai ganjelan apapun juga, sedang kedatanganku di<br />

sini juga bukan untuk merebut o-liong- to," Sekarang paling benar aku munculkan diri dan<br />

coba mendamaikan mereka." Tapi dilain saat ia mendapat pikiran lain.<br />

"Tidak bisa,tidak bisa aku berbuat begitu." pikirnya, "Boe tong-pay adalah sebuah partai besar<br />

yang namanya menggetarkan Rimba Persilatan. Jika aku ke luar dan coba bicara baik2 dengan<br />

mereka, artinya seperti juga aku menekuk lutut dan sikapku ini sangat memalukan guruku.''<br />

Selagi ia bersangsi, ditempat yang jauh memdadak terdengar serupa seruan. Seruan itu halus<br />

bagaikan benang sutera. tapi tajam, dan menusuk kuping, sehingga orang yang mendengarnya<br />

ber-debar2 hatinya. Dilain saat seruan itu sudah terdengar didepan kelenteng, sehingga bukan<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 80

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!