20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Aku ingin menyerahkan Liam Coe kepadamu untuk dijadikan anak angkat," jawabnya.<br />

"Biarlah kalau sudah besar, ia dapat merawat kau seperti ayahandanya sendiri. Dengan berada<br />

dibawah perlindunganmu seumur hidupnya ia tentu tak akan dihina orang. Ngoko, bagaimana<br />

pendapatmu?"<br />

"Bagus!",kata Coei San. "Aku harap Cia Cianpwee tidak menolak permohonan kami berdua."<br />

Paras muka Cia Soen mendadak berobah dan diliputi dengan sinar kedukaan yang sangat<br />

besar. "Anak kandungku sendiri telah dibanting orang sehingga jadi perkedel," katanya<br />

dengan suara perlahan. "Apa kau tidak lihat?"<br />

Jilid 12_________________<br />

Coei San dan Sa So saling melirik dengan perasaan berkuatir, karena perkataan itu seperti<br />

keluar dari mul tnya seorang edan. Dalam kekuatiran merekapun merasa kasihan terhadap<br />

orang yang bernasib malang itu. Sesudah berdiam sejenak, Cia Soen berkata pula: "Kalau dia<br />

hidup, sekarang sudah berusia delapan belas tahun. Aku Cia Soen pasti akan turunkan semua<br />

baik ilmu surat maupun ilmu silat kepadanya. Huh huh! Dia belum tentu kalah dari Boe tong<br />

Cit hip atau Siauw lim Sam gie."<br />

Kata-kata itu, yang kedengarannya angkuh, bernada sedih dan mengutarakan perasaan dari<br />

seorang yang hatinya sangat kesepian. Mendengar itu, Coei San dan So So turut berduka dan<br />

mereka merasa menyesal, bahwa karena terpaksa, kedua mata orang itu telah dibikin buta.<br />

"Kalau dia masih dapat melihat, bukankah kita berempat bisa hidup senang di pulau ini ?"<br />

kata Coei San didalam hati.<br />

Untuk beberapa saat lamanya, ketiga orang itu tidak mengeluarkan sepatah kata. Akhirnya<br />

kesunyian dipecahkan oleh Coei San yang berkata dengan suara tetap: "Cia Cianpwee, kau<br />

terimalah anak ini. Kami akan menukar she nya jadi she Cia."<br />

Mendadak, sehelai sinar terang berkelebat di muka Cia Soen yang suram. "Apa benar ?"<br />

tanyanya dengan suara kurang percaya. "Kau rela dia menukar she ? Cia Liam Coe....Cia<br />

Liam Coe.... Namun itu cukup baik. Tapi anakku yang mati bernama Boe Kie."<br />

"Kalau Cia ciapwee menghendaki, anak kami boleh dinamakan Boe Kie," kata Coei San.<br />

Tak kepalang girangnya Cia Soen, tapi dalam kegirangan itu, ia merasa sangsi, kalau-kalau ke<br />

dua suami isteri itu sedang menipu dia. "Kalian memberikan anakmu kepadaku, tapi<br />

bagaimana kau sendiri ?" tanyanya pula.<br />

"Tak perduli dia she Cia atau she Thio, kami berdua akan tetap menyintainya," kata Coei San.<br />

"Di belakang hari, ia harus mengunjuk kebaktian kepada Cianpwee dan kepada kami sendiri.<br />

Bukan kah itu baik sekali ? So So, bagaimana pendapat mu?"<br />

"Aku setuju apa yang dikatakan olehmu," jawab So So dengan suara agak bersangsi. "Makin<br />

banyak orang menyintainya, makin bagus untungnya anak itu."<br />

Dengan air mata berlinang-linang Cia Soen menyoja sambil membungkuk. "Aku<br />

menghaturkan banyak-banyak terima kasih kepada kalian," kata nya dengan suara terharu.<br />

"Sakit hati membuta kan mata mulai sekarang sudah dihapuskan, Cia Soen kehilangan anak,<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 233

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!