20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Tak kepalang gusarnya Biat Coat. Matinya Cie Jiak berarti musnahnya segala harapan.<br />

Dengan kalap, ia menubruk Hoan Yauw, tapi sebab tak punya te<strong>naga</strong> dalam, ia segera kena<br />

dirobohkan.<br />

“Semua pendeta Siauw Lim dan jago-jago Boe Tong sudah menelan racunku itu. Kata Hoan<br />

Yauw sambil menyeringai. “Apa orang Beng Kauw manusia jahat atau manusia baik, kau<br />

segera akan mengetahui. Seraya berkata begitu, ia melompat keluar dan mengunci pintu.<br />

Ajakan Tio Beng untuk mencari Boe Kie sangat membingungkan Hoan Yauw. Bagaimana ia<br />

dapat menunaikan tugas untuk merampas obat pemunah? Maka itu, setelah mendapat permisi<br />

dari Tio Beng untuk minum arak di ruangan depan, ia segera kabur ke Ban Hoat Sie. Tanpa<br />

membuang waktu, ia mendaki menara sampai ke lantai paling atas, dimana ia bertemu dengan<br />

Yoe Liong Coe yang sedang menjaga di luar kamar sendiri.<br />

Melihat Hoan Yauw, Yoe Liong Coe menyambut dengan hormat, “Kouw Touwtoo, katanya<br />

sambil membungkuk.<br />

Hoan Yauw manggut-manggutkan kepalanya. “Kurang ajar si tua bangka, katanya di dalam<br />

hati. “Muridnya disuruh menjaga di luar, sedang dia sendiri bercinta-cintaan dengan selir Ong<br />

Ya. Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang baik ini.<br />

Ia melangkah berjalan melewati Yoe Liong Coe dan tiba-tiba, secepat kilat, jari tangannya<br />

menotok jalan darah di kempungan murid kepala Lok Thung Kek. Jangankan Yoe Liong Coe<br />

tidak berwaspada, sekalipun siap sedia, belum tentu ia bisa meloloskan diri dari totokan Hoan<br />

Yauw. Begitu tertotok, badannya tak bisa bergerak lagi dan ia mengawasi si pendeta dengan<br />

mata membelalak. Kedosaan apa yang sudah diperbuatnya? Apakah ia berlaku kurang<br />

hormat?<br />

Hoan Yauw segera mendobrak pintu dan melompat ke dalam. Sebelum kakinya hinggap di<br />

lantai, tangannya menghantam tubuh yang berbaring di ranjang. Ia tahu, bahwa Lok Thung<br />

Kek berkepandaian tinggi dan kalau ia tidak membokong dengan pukulan yang<br />

membinasakan, ia harus melakukan pertempuran lama dan belum tentu ia bisa menang. Maka<br />

itu, dalam pukulan itu, ia menggunakan seantero te<strong>naga</strong>nya.<br />

“Buk! kasur pecah dan kapas berhamburan. Tapi waktu membuka kasur, ia kaget, sebab ia<br />

hanya melihat sesosok tubuh, yaitu Han Kie yang sudah binasa dengan mengeluarkan darah<br />

dari hidung dan mulutnya. Lok Thung Kek sendiri tak kelihatan bayangan-bayangannya.<br />

Setelah memikir sejenak, buru-buru Hoan Yauw keluar dan menyeret masuk Yoe Liong Coe<br />

yang kemudian digulingkan masuk ke kolong ranjang. Sesudah itu, ia merapatkan pintu dan<br />

menunggu.<br />

Beberapa saat kemudian, ia mendengar teriakan Lok Thung Kek. “Liong Jie! Liong Jie!<br />

panggilnya dengan suara gusar.<br />

“Kemana kau?<br />

Sebagaimana diketahui, si kakek telah dijemur Biat Coat. Dengan mendongkol, ia menunggu<br />

di luar kamar. Karena tak tahu sampai kapan si nenek baru selesai bicara dengan muridnya, ia<br />

segera mengambil keputusan untuk menengok Han Kie dan sebentar kembali lagi. Setibanya<br />

di depan kamar Yoe Liong Coe, ia marah besar karena murid itu tak mentaati perintahnya. Ia<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 991

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!