20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Boe Hok berkata pula: "Seandainya Kouwya menganggap turun tangan kami terlalu enteng,<br />

sekarang juga kami pergi menyusul mereka, untuk mengambil kepala mereka!"<br />

"Bukannya enteng, bahkan berat!" berkata Coei San cepat-cepat.<br />

"Kamipun berpikir," kata Boe Hok pula. "kami datang untuk mengantar hadiah kepada<br />

Kouwya. Itu artinya girang dibalik girang, maka jikalau kami mengambil jiwa orang, itulah<br />

berarti alamat tidak baik."<br />

"Benar, kamu memikir sempurna sekali," Coei San memuji. "Barusan kamu menyebut kamu<br />

datang bertiga, mana dia satu lagi?"<br />

"Dialah saudara kami, In Boe Sioe," menyahut Boe Hok.<br />

"Sesudah mengusir ketiga piauwsoe itu, kami berdua lantas berangkat kemari menjeguk<br />

kouwya, sedang saudaraku itu terus berangkat ke Kayhong. Kami kuatir situa bangka she Tam<br />

nanti keburu mendapat kabar dan lantas datang untuk banyak rewel. Ya, Boe Sioe meminta<br />

kami mewakilkan menyampaikan hormatnya kepada Kouwya."<br />

Habis berkata, koankee itu berlutut dan mengangguk untuk memberi hormat.<br />

Coei San membalas dengan menjura. Ia merendah dan berkata bahwa tidak dapat ia menerima<br />

kehormatan itu.<br />

Didalam hatinya, baba mantunya Peh bie Kauwcoe lantas memikirkan jago tua Tam Soei Lay,<br />

yang oleh dua saudara Boe ini menamakan "si tua bangka she Tam". Ia bergelar Sin Chio Tin<br />

Pat Hong, artinya ia jago ilmu silat yang menggetarkan delapan penjuru negara. Ia tahu orang<br />

itu telah menjagoi selama empatputuh tahun. Dengan perginya In Boe Sioe seorang diri, ia<br />

berkuatir. Siapapun yang akan terluka diantara mereka berdua, hatinya tidak senang.<br />

"Sudah lama aku mendengar nama Tam Soei Lay," katanya. "Ia seorang Koencoe. Maka<br />

Jiewie tolong kamu lekas pergi menyusul ke Kayhong, untuk minta toako Boe Sioe... Bukan!<br />

Untuk berbicara dengan Soei Lay. Jikalau mereka berdua sama-sama besikap keras dan jadi<br />

bentrok, itulah tidak bagus."<br />

"Jangan Kouwya merasa kuatir", berkata Boe Lok dengan tawar. "Tua bangka she Tam itu<br />

tidak nanti berani melawan Shatee Boe Sioe. Jikalau Shatee memberitahukan dia untuk jangan<br />

usilan, pasti dia akan mendengar kata."<br />

"Begitu?" tanya Coei San bersangsi. Ia pikir mungkin Tam Soey Lay sendiri sudah tua dan<br />

dapat berlaku sabar, tetapi bagaimana dengan orang orang didalam rumahnya? Sedikitnya<br />

Soei Lay mempunyai duapuluh murid yang sudah lihay, mana mereka jeri terhadap Boe Sioe?<br />

Boe Hok dapat melihat roman ragu ragu dari baba mantu majikannya. Ia berkata: "Pada<br />

duapuluh tahun yang lalu, tua bangka she Tam itu ialah pecundangnya Boe Sioe. Juga ada<br />

sesuatu yang penting yang berada ditangan kami. Maka Kouwya jangan kuatir. Harap<br />

Kouwya tetap baik!" tambahnya dan bersama saudaranya ia lantas memberi hormat untuk<br />

meminta diri dan berangkat pergi.<br />

Coei San membiarkan mereka itu berlalu. Tangannya masih memegang ketiga helai bendera<br />

piauwkiok. Pikirannya bekerja. Tadinya ia memikir untuk minta dua orang itu pergi<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 334

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!