20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Di lain pihak, bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, Boe Kie terus melayang ke<br />

bawah. Boe Kie! Boe Kie! ia mengeluh. Kau sungguh tolol. Kau sudah tahu Coe Tiang Leng<br />

manusia licik, tapi toh kau masih juga kena diperdayai. Boe Kie..! kau memang pantas<br />

mampus diakali orang!<br />

Sambil menyesali diri sendiri, ia berusaha untuk menolong jiwanya. Ia menggerakkan te<strong>naga</strong><br />

dan melompat ke atas untk memperlambat kecepatan jatuhnya. Tapi mana ia bisa berhasil.<br />

Dengan tubuh di tengah udara, tanpa sesuatu yang dapat digunakan untuk landasan, badannya<br />

terus meluncur ke bawah dengan dahsyatnya. Di lain saat ia merasa matanya sakit karena<br />

tertumbuk dengan sinar salju di atas bumi.<br />

Bagi Boe Kie detik itu adalah detik yang memutuskan detik antara mati dan hidup. Pada detik<br />

itu ia melihat gundukan salju. Tanpa memikir panjang panjang lagi, tanpa menghiraukan<br />

benda apa yang diliputi salju itu, ia segera mengerahkan Lweekang dan menjungkir balik ke<br />

arah tumpukan salju. Blus! kedua kakinya menjeblos dan dengan berbareng ia mengerahkan<br />

Kioe yang Sin kang untuk melompat ke atas dengan meminjam te<strong>naga</strong> berbalik dari tumpukan<br />

salju itu. Tapi te<strong>naga</strong> jatuhnya dari tempat yang begitu tinggi dahsyat bukan main, lebih<br />

dahsyat dari te<strong>naga</strong> yang dikerahkannya. Ia merasakan kesakitan hebat karena kedua tulang<br />

betisnya telah patah dengan berbareng.<br />

Walaupun terluka hebat, otaknya masih terang. Ia mendapat kenyataan bahwa ia jatuh di<br />

tumpukan rumput dan kayu bakar. Sungguh berbahaya! pikirnya. Kalau lapisan salju terdapat<br />

batu-batu besar, jiwaku tidak bisa tertolong lagi.<br />

Dengan menggunakan kedua tangan, perlahan-lahan ia merangkak keluar dari tumpukan<br />

rumput itu dan merebahkan diri di atas tanah yang tertutup salju. Sesudah memeriksa lukanya,<br />

ia menarik nafas panjang2 dan lalu menyambung tulangnya yang patah. Tanpa bergerak,<br />

paling sedikit aku memerlukan tempo sebulan untuk bisa berjalan lagi, katanya dalam hati.<br />

Tapi selama itu, dari mana aku bisa mendapat makanan untuk menangsal perut? Ia tahu,<br />

bahwa tumpukan rumput itu adalah miliknya seorang petani sehingga tempat itu mesti<br />

terdapat rumah orang. Semula ia ingin berteriak untuk meminta pertolongan. Tapi ia<br />

mengurungkan niatnya karena mengingat, bahwa di dalam dunia terdapat banyak manusia<br />

jahat, sehingga jika teriakannya memancing kedatangan seorang jahat ia bisa jadi lebih celaka<br />

lagi. Memikir begitu, ia segera mengambil keputusan untuk rebah terus di situ sambil<br />

menunggu tersembuhnya pula tulang-tulang yang patah.<br />

Tiga hari telah lewat. Makin lama rasa lapar menerjang kian hebat. Tapi ia tetap tidak berani<br />

bergerak, sebab sekali bergerak ia bisa jadi seorang pincang seumur hidupnya. Maka itulah, ia<br />

terpaksa menelan salju untuk menangsal perutnya yang keroncongan. Selama tiga hari itu,<br />

berulang-ulang ia berjanji pada dirinya sendiri untuk lebih berhati-hati, supaya tidak sampai<br />

kena diakali oleh orang jahat.<br />

Pada hari keempat, diwaktu malam selagi ia melatih diri dengan mengerahkan Kioe yang sin<br />

kang, kupingnya tiba2 menangkap suara menyalaknya anjing. Makin lama suara itu jadi<br />

makin dekat dan didengar dari suaranya, mungkin sekali beberapa ekor anjing tengah<br />

menguber binatang buas. Apakah anjing2 itu miliknya Kioe Tien cie? tanyanya dalam hati.<br />

Semua anjing Tin cie sudah dibinasakan oleh Coe pehpeh, tapi sesudah berselang beberapa<br />

tahun, ia bisa mendidik anjing-anjing baru.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 596

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!