20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

"Tidak," jawabnya. "Dilihat dari Lweekangnya yang tidak seberapa dalam, mereka mungkin<br />

cucu cucu murid Biat coat Soe thay, Ciang boenjin Go bie pay. Dengan lain perkataan,<br />

mereka adalah murid turunan keempat dari partai tersebut. Diantara mereka, tak satupun yang<br />

dikenal aku. Tapi pada waktu mereka coba mempunahkan sentilanku dengan te<strong>naga</strong> Jio kin,<br />

aku segera mengenali, bahwa ilmu yang digunakan lima Go bie pay. Sebagaimana kau tahu,<br />

tidaklah terlalu sukar untuk meniru pukulan-pukulan partai lain. Tapi begitu lekas seseorang<br />

menggunakan Lweekang, tak dapat tidak, topengnya terlocot."<br />

Coei San mengangguk. "Sebenarnya mereka tak akan terluka berat, jika mereka tidak<br />

melawan dan segera melepaskan senjata waktu disentil Jieko," katanya. "Aku tahu, kalau<br />

Jieko memandang mereka semua seperti musuh, kedua bocah itu tentu sudah hilang jiwanya.<br />

Hanya aku merasa heran, mengapa hari ini mereka mencegat kita, sedang biasanya orangorang<br />

Go bie pay selalu berlaku sungkan terhadap kita."<br />

"Di waktu muda. Insoe pernah menerina budi Kwee Siang Liehiap Couw soe dari Go bie<br />

pay." menerangkan Lian Cioe. "Oleh karena begitu, In soe sering memesan, supaya kami<br />

jangan sampai kebentrok dengan murid-murid Go bie, supaya persahabatan lama dapat<br />

dipertahankan terus. Sesudah sentilanku mengenakan pedang, barulah aku tahu, bahwa<br />

mereka tak akan bisa bertahan. Aku ingin menarik pulang Lweekang, tapi sudah tidak keburu<br />

lagi, sehingga kedua orang itu terluka juga. Biarpun tidak disengaja, aku sudah melanggar<br />

pesanan Insoe."<br />

So So tertawa. "Baik juga Jiepeh menyebutkan nama Thie khim Sianseng, sehingga, jika<br />

bersalah, kesalahan itu tidak ditujukan langsung terhadap Go bie pay."<br />

Sementara itu, keenam perahu kecil sudah karam semua, sedang perahu yang ditumpangi Lian<br />

Cioe berempat sudah pergi jauh. Anak buah perahu perahu kecil itu dengan basah kuyup<br />

mulai merangkak naik digili-gili.<br />

"Apa mereka semua orang-orang Go bie?" tanya So So.<br />

"Bukan." bisik Lian Cioe. "Kurasa mereka orang orang Liang coan pang dari Cauw ouw."<br />

Melihat lima batang pedang Go bie yang sangat bagus menggeletak ditanah, So So<br />

membungkuk untuk menjemputnya.<br />

"Jangan ganggu!" melarang sang Jiepeh. "Jika dipedang itu diukir nama, dihari kemudian kita<br />

tak akan bisa menyangkal lagi. Hayolah kita meneruskan perjalanan."<br />

Sekarang So So sudah merasa takluk terhadap Jiepeh yang mulia dan lihay itu. "Baiklah,"<br />

katanya sambil berjalan dengan menuntun tangan Boe Kie.<br />

Sesudah melewati gerombolan pohon pohon sekonyong-konyong Boe Kie berteriak dengan<br />

suara girang: "Kuda! Lihat!"<br />

Benar saja, dibawah sebuah pohon lioe tampak tertambat tiga ekor kuda yang besar dan<br />

garang.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 300

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!