20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Goe koko, kau baik sekali, dia berseru. Lantas ia memandang jauh ke depan, ke arah di mana<br />

langit dan bumi bertemu, hatinya bergetar. Dengan perlahan dia berkata, Jikalau nanti kita<br />

dapat menemukan dia, dia akan berpikir bahwa aku telah mencari dia lama sekali, dia tidak<br />

akan mengusir aku. Apa yang dia bilang, aku akan melakukannya. Pendek kata, aku akan<br />

turut segala perkataannya!<br />

Sebenarnya kekasihmu itu ada kebaikkan apa? tanya Boe Kie. Kenapa kau sampai selalu<br />

memikirkannya saja?<br />

Ditanya begitu, si nona tertawa.<br />

Apa kebaikkannya? katanya. Mana dapat aku menerangkan? Goe koko, aku tanya apakah kita<br />

dapat mencari dia? Umpama kata kita dapat mencari, apakah dia bakal mencaci dan<br />

memukulku?<br />

Tidak senang Boe Kie melihat orang demikian tergila-gila, akan tetapi ia pun tidak mau<br />

membuatnya tidak bergembira, maka ia berkata perlahan, seperti bersenandung. Asal hati<br />

manusia keras bagaikan emas, di atas langit atau di dalam dunia pasti orang dapat saling<br />

bertemu!<br />

Mulut mungil si nona bergerak perlahan, air matanya berlinang. Ia mengulangi dengan<br />

perlahan. Asal hati manusia keras bagaikan emas, di atas langit atau di dalam dunia pasti<br />

orang dapat saling bertemu.<br />

Boe Kie mendengar suara si nona, katanya di dalam hati. Nona ini demikian tergila-gila<br />

terhadap kekasihnya, jikalau di dalam dunia ini ada seorang yang demikian memikirkan aku,<br />

biar dalam hidupku lebih menderita lagi aku rela.<br />

Ia memandang ke arah timur laut, di atas salju ia melihat tapk kakinya Cie Jiak dan Bin Koen,<br />

ia melamun pula. Jikalau tapak kakinya Bin Koen itu tapak kakiku, dapat berjalan bersama<br />

nona Cioe.<br />

Ia terbangun dari lamunannya dengan kaget. Mendadak ia mendengar suara keras dari si nona.<br />

Hayo! Lekas! <strong>Mar</strong>i kita pergi. Kalau terlambat, nanti tak keburu!<br />

Apa? tanya Boe Kie masih gelagapan.<br />

Nona muda dari Go Bie-pay itu tidak mau bertempur sama aku, kata si nona. Ia berpura-pura<br />

terluka, tetapi lain dengan Teng Bin Koen, dia bilang dia mau menangkap kita untuk dibawa<br />

kepada gurunya. Itu berbahaya. Mestinya Biat Coat Soe-thay berada di dekat sini. Pendeta<br />

wanita bangsat yang tua itu paling mau menang sendiri, mana bisa dia tidak datang kemari?<br />

Boe Kie terkejut, ia pun kuatir. Ia ingat kekejamannya Biat Coat Soe-thay ketika ia menghajar<br />

mati Kie Siauw Hoe dengan sebelah tangannya.<br />

Memang dia sangat hebat, kita tidak dapat melawannya, katanya.<br />

Apakah kau pernah bertemu dengan dia?<br />

Bertemu, itulah belum, tapi dia ketua Go Bie-pay, dia bukan sembarangan orang.<br />

Nona itu mengerutkan alis. Hanya sebentar, ia lantas bekerja. Ia mengumpuli beberapa kayu<br />

yang kuat, ia ikat itu dengan tali babakan pohon. Segera setelah selesai, membuat semacam<br />

kursi bagaikan kereta. Tanpa bilang apa-apa ia lantas menggendong Boe Kie, untuk duduk di<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 626

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!