20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Semua orang terkesiap hampir berbareng mereka berpaling ke arah teriakan itu. Boe Kie,<br />

Ceng Hoe, Lie Beng Hee dan sejumlah orang lantas saja berlari lari ke jurusan teriakan itu.<br />

Sebab kuatir Cie Jiak bertemu musuh tangguh atau binatang buas, Boe Kie mengempos<br />

semangatnya dan dalam sekejap ia sudah melewati hutan. Satu bayangan hijau mendatangi<br />

dan bayangan itu adalah Cie Jiak. Boe Kie menyambuti dan bertanya, “Cie Jiak, ada apa?”<br />

“Setan… setan uber aku!” jawabnya sambil menubruk dan memeluk Boe Kie. Ia menggigil<br />

dan giginya berbicara.<br />

Sebab kasihan, Boe Kie membiarkan dirinya dipeluk. Ia menepuk nepuk pundak Cie Jiak dan<br />

menenteramkannya. “Jangan takut, mana ada setan? Apa yang dilihat olehmu?”<br />

Muka dan kedua lengan Cie Jiak belepotan darah sebab tergores duri, sedang pakaiannya<br />

robek di sana sini. Separuh tangan kirinya terobek putus sehingga lengannya yang putih<br />

terbukan dan pada lengan itu terlihat satu titik merah yang terang bagaikan giok. Itulah titik<br />

Sioe kiong sie, tanda dari seorang gadis yang masih suci. Boe Kie sekarang mendapat<br />

kepastian apa yang dikatakan Lie Beng Hee adalah sebuah kebenaran. Sesaat itu dalam<br />

otaknya berkelebat macam macam pikiran. Dia pernah mengatakan kepadaku bahwa waktu di<br />

penjara oleh Kaypang kesuciannya telah dinodai oleh Song Ceng Soe dan dia sudah hamil,<br />

pikirnya. Waktu aku periksa nadinya, aku tak dapat tanda tanda kehamilannya. Ketika itu aku<br />

sangsikan ketepatan pemeriksaanku, ternyata ia menipu aku. Semua pengakuannya dusta<br />

belaka. Di lain saat ia berkata pada dirinya sendiri, “Thio Boe Kie oh Thio Boe Kie! Cioe<br />

kauwnio adalah musuh yang sudah membinasakan piauwmoay mu. Dia masih gadis atau<br />

sudah menikah, ada hubungannya dengan dirimu?”<br />

Ia menggigit bibir dan mengeraskan hati. Tapi sebab si nona menggigil, ia tak tega untuk<br />

menolaknya.<br />

Sementara itu sesudah bersandar di dada Boe Kie beberapa lama, Cie Jiak jadi lebih tenang.<br />

“Boe Kie koko, apa benar kau?” tanyanya dengan suara parau.<br />

“Benar aku, apa yang dilihat olehmu? Mengapa kau begitu ketakutan?”<br />

Mendengar pertanyaan Boe Kie, nona Cioe bergemetaran lagi dan “uah…!” ia menangis<br />

keras.<br />

Beberapa saat kemudian Yo Siauw, Wie It Siauw, Ceng Hoei, In Lie Heng dan yang lain lain<br />

tiba disitu. Melihat Cie Jiak sedang menangis dan memeluk Boe Kie, mereka saling memberi<br />

isyarat lalu menyingkir. Orang orang Beng Kauw, Boe tong dan Go bie pay sangat mengharap<br />

Cie Jiak dan Boe Kie bisa akur kembali dan terangkap menjadi suami isteri. Mereka<br />

mengharap begitu sebab Tio Beng pernah menyakiti hati mereka dan juga sebab nona itu<br />

adalah puteri seorang Mongol. Mereka kuatir pernikahan antara Boe Kie dan Tio Beng akan<br />

merugikan usaha besar.<br />

Sesudah menangis beberapa lama, Cie Jiak bertanya, “Boe Kie koko, apa ada yang<br />

mengubar?”<br />

“Tak ada! Siapa yang mengejar kau? Hian beng Jie loo kah?”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1434

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!