20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

mendengar dengar halnya Boe Kie, anaknya, tetapi berat untuk ia mengatakannya. Ia kuatir<br />

merusak nama kakaknya yang nomor dua. Maka diakhirnya, dengan ayal-ayalan ia kembali<br />

kekamarnya.<br />

In So So duduk menyender diatas pembaringan sambil memeriksa daftar barang-barang<br />

bingkisan ayah dan ibunya. Disamping itu, ia berduka dan berkuatir untuk Boe Kie yang<br />

dibawa lari musuh. Sekarang ini entah bagaimana nasib anak itu. Ketika ia melihat suaminya<br />

masuk, ia heran melihat roman suaminya itu tidak tenang.<br />

"Kenapa eh ?" tanyanya.<br />

"Sebenarnya Boe Hok, Boe Lok dan Boe Sioe itu orang macam apa?" sang suami balik<br />

menanya.<br />

Sudah 10 tahun So So menikah dengan Coei San. Ia tahu suami itu tidak menyukai Peh bie<br />

kauw, kumpulan agama yang dipimpin ayahnya. Dari itu, mengenai agamanya itu serta rumah<br />

tangganya, tidak mau ia membicarakannya, sedang suaminyapun tidak pernah<br />

menanyakannya. Maka itu, heran juga ia mendengar pertanyaan suaminya ini. Tapi ia<br />

menjawab: "Mereka bertiga, pada duapuluh tahun yang sudah adalah penjahat-penjahat besar<br />

yang telah malang melintang diwilayah barat daya. Pada suatu hari mereka kena dikepung<br />

serombongan jago, sampai mereka tidak berdaya untuk melawan atau melolos kan diri.<br />

Kebetulan ayahku lewat di situ dan melihatnya. Senang ayah melihat keberanian mereka yang<br />

tidak sudi menyerah kalah. Maka ayah lantas mengulurkan tangan, menolong mereka.<br />

Lantaran itu, mereka jadi sangat bersyukur dan mereka bersumpah bahwa seumurnya mereka<br />

rela menjadi hamba-hamba ayah. Mereka membuang she dan nama mereka. Mereka memakai<br />

nama yang sekarang: In Boe Hok, Boe Lok dan Boe Sioe. Sejak kecil aku berlaku baik<br />

kepada mereka, tidak berani aku memandang rendah. Mereka tidak diperlakukan sebagai<br />

bujang-bujang biasa. Ibu pernah memberitahukan aku, mengenai kepandaian mereka.<br />

Walaupun ahli silat yang kenamaan belum tentu gampang-gampang dapat menandingi<br />

mereka"<br />

"Begitu!" kata Coei San yang terus menuturkan cerita Boe Kok tentang bertempuran dengan<br />

ketiga piauwsoe itu, yang benderanya dirampas serta bagaimana ketiga piauwsoe itu<br />

mengutungi lengannya sendiri.<br />

Mendengar itu, In So So mengerutkan alis.<br />

"Dengan berbuat begitu, mereka sebenarnya bermaksud baik," kata si isteri. "Aku tidak<br />

menyangka bahwa kelakuan orang-orang yang menyebut diri dari kalangan sejati, mirip<br />

dengan orang kaum sesat. Ngoko, urusan ini dapat menambah kepusingan untukmu. Ah, aku<br />

tidak tahu bagaimana baiknya ini diatur....."<br />

Ia berhenti sejenak, untuk kemudian menambahkan: "Biarlah nanti setelah Boe Kie dapat<br />

dicari, kita balik lagi ke Peng Hwee to ...."<br />

Belum lagi Coei San menanggapi kata-kata isterinya itu, diluar terdengar suara berisik dari In<br />

Lie Heng yang berseru: "Ngoko, <strong>Mar</strong>i lekas! Kau ambil pit besar. Lekas kau menulis lian dan<br />

lain lainnya!" Kata-katanya itu lantas disusul dengan: "Ngo so, jangan kau menyesalkan aku<br />

yang mengajak Ngo ko keluar! Siapa suruh dia dijuluki Ginkauw Tiat hoa?"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 335

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!