20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Soen. Karena tak ada sambaran angin, Cia Soen yang sedang melompat keatas tentu saja tak<br />

menduga, bahwa ia akan dipapaki dengan senjata tajam.<br />

Masih untung ia mempunyai kepandaian yang sangat tinggi dan dapat bergerak luar biasa<br />

cepat. Begitu ujung pedang menggores batok kepalanya begitu ia melenggakkan kepala<br />

seraya menangkap badan pedang dan mengerahkan te<strong>naga</strong> Ciankie toei (ilmu untuk<br />

menambah berat badan), sehingga tubuhnya jatuh lagi kedalam lubang dengan kecepatan luar<br />

biasa. Tapi, biarpun dapat menyelamatkan jiwanya, ia sudah terluka agak berat dan darah<br />

mengucur dari kepalanya.<br />

Begitu jatuh, ia segera mencabut pedang yang<br />

menancap dibatok kepalanya dan sesudah menghunus To liong to, untuk ketiga kalinya ia<br />

melompat pula sambil memutar golok mustika itu guna melindungi kepalanya.<br />

Kali ini Coei San menimpuk dengan satu batu besar, tapi batu itu dipukul terpental dengan To<br />

liong to. Begitu kedua kakinya hinggap dipinggir lubang, Cia<br />

Soen menerjang seperti orang gila. Sambil melompat mundur, hati Coei San mencelos. Ia<br />

ingat, bahwa hari itu ia dan So So akan berpulang kealam baka, tanpa melihat lagi anaknya<br />

yang belum terlahir.<br />

Biarpun sedang kalap didalam perkelahian, Cia Soen ternyata masih dapat menggunakan<br />

otaknya. Ia merasa, bahwa yang paling penting adalah menjaga supaya Coei San dan So So<br />

tidak dapat keluar dari guha itu. Begitu lekas mereka keluar, ia tak akan dapat mencarinya.<br />

Maka itu, dengan tangan kanan mencekal golok dan tangan kiri memegang pedang, ia<br />

memutar kedua senjata itu bagaikan titiran cepatnva, sehingga mulut guha tertutup dengan<br />

sambaran sambaran senjata yang sangat hebat.<br />

Mendadak, pada saat yang sangat berbahaya bagi dirinya kedua suami isteri itu, didalam guha<br />

terdengar suara menangisnya bayi. Cia Soen terkesiap dan ia berhenti bergerak. Bayi itu<br />

menangis terus.<br />

Pada saat itu, walaupun tahu, bahwa bencana sudah berada diatas kepalanya, Coei San tidak<br />

menghiraukan orang edan itu lagi. Dengan perasaan yang tak dapat dilukiskan, mata Coei San<br />

dan So Sa mengawasi bayi itu yang menggerak-gerakkan kaki tangannya sambil menangis<br />

keras. Mereka mengerti, bahwa dengan sekali membabat, Cia Soen dapat membinasakan<br />

mereka bersama bayi yang baru terlahir itu. Tapi mereka tidak menghiraukan. Didalam hati,<br />

mereka bersyukur, bahwa sebelum mati, meraka masih dapat melihat wajah anak itu.<br />

Mereka sama sekali tak pernah mimpi, bahwa tangisan bayi itu mempunyai pengaruh yang<br />

sangat luar biasa. Dengan tiba-tiba saja, Cia Soen tersadar dan kalapnya hilang seketika,<br />

seperti daun disapu angin. Didepan matanya lantas saja terbayang peristiwa pada puluhan<br />

tahun berselang, waktu keluarganya dianiaya. Istrinya belum lama melahirkan dan bayi yang<br />

baru lahir itu tidak luput dari keganasan musuh. Dalam otaknya berkelebat- kelebat<br />

peringatan-peringatan yang menyayat hati, kecintaan suami istri, kekejaman musuh,<br />

dibantingnya bayi yang baru lahir, usahanya untuk me<br />

nambah kepandaian, tapi kepandaian musuh bertambah lebih cepat, didapatinya To liong to<br />

dan kegagalannya untuk menembus rahasia golok mustika itu. Lama ia berdiri terpaku,<br />

sebentar bersenyum, sebentar mengertak gigi.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 230

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!