20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Goan tin Siansoe telah mengatakan berulang ulang bahwa ia tak tahu she dan namaku, ia tak<br />

tahu rumah perguruanku dan akupun tidak perlu tahu she dan namanya," menerangkan Boe<br />

Kie.<br />

"Goan tin .... Goan tin ...." Sam Hong berkata, seperti pada dirinya sendiri, "Belum ... belum<br />

pernah aku mendengar nama begitu diantara jago-jago Siauw lim sie. Hm ... Ia tak tahu<br />

namamu, tak mengenal partaimu. Kalau begitu, ia tak tahu perhubungan antara aku dan kau.<br />

Kalau begitu, bantuannya itu, keluar dari hati yang baik."<br />

Sesudah berkata itu, Sam Hong lalu menanyakan Kouw koat Siauw Lim Kioe yang kang. Boe<br />

Kie lantas saja menghafal, mulai dari jurus Wie hok Hian couw. Baru saja ia menghafal<br />

sampai jurus ketiga. Ciang to Thian boen (Dengan telapak tangan menyangga pintu langit),<br />

sang kakek guru sudah berkata: "Cukup! Tak usah kau menghafal terus. Tujuanku hanyalah<br />

untuk mengetahui tulen palsunya ilmu yang diturunkan kepadamu. Mulai dari sekarang, kau<br />

tidak boleh memberitahukan Siauw lim Kioe yang Sin kang kepada siapapun jua. Kau mesti<br />

ingat, bahwa kau tidak boleh melanggar sumpahmu yang sangat berat<br />

"Baik," jawabnya sambil mengawasi muka sang kakek guru, karena Sam Hong telah<br />

mengucapkau kata-kata itu dengan suara gemetar. Ia melihat bahwa dalam kedua mata orang<br />

tua itu mengembang air. Sebagai seorang yang sangat pintar, ia mengerti, bahwa sang kakek<br />

guru sudah tak punya harapan untuk menolong jiwanya lagi.<br />

Mendadak, serupa ingatan berkelebat dalam otaknya. "Thay Soehoe," katanya: "Apakah aku<br />

masih bisa bertahan dan bisa pulang ke Boe tong san dengan masih bernyawa?"<br />

"Jangan kau berkata begitu," jawab guru besar itu sambil menahan mengucurnya air mata.<br />

"Biar bagaimanapun jua, Thay soehoe akan berdaya untuk menolong jiwamu "<br />

"Kalau aku masih bisa bertemu muka dengan Jie Shapeh, aku sudah merasa puas," kata pula<br />

Boe Kie.<br />

"Mengapa begitu?" tanya sang kakek guru.<br />

"Sebab sesudah tidak bisa hidup, anak ingin membuka rahasia Siauw lim Kioe yang kang ke<br />

pada Jie Shapeh" jawabnya.<br />

"Anak mengharap supaya dengan menggunakan Kioe yang kang dari Boe tong dan Siauw<br />

lim, Shapeh akan dapat menyembuhkan kaki tangannya yang bercacad. Sesuai dengan<br />

sumpah anak akan menggorok leher sendiri seperti yang telah dilakukan ayah, supaya dengan<br />

begitu, anak dapat menebus sebaglan kecil dari ke dosaan ibu."<br />

Bukan main rasa kaget dan terharunya Sam Hong. Tak pernah ia menduga, bahwa bocah<br />

sekecil Boe Kie bisa mempunyai pikiran begitu: "Ah ! ... Jangan kau .... bicara .... yang tidaktidak."<br />

katanya dengan suara parau.<br />

"Hari itu, aku sudah mengerti duduknya persoalan," kata Boe Kie. "Dengan menggunakan<br />

jarum beracun, ibu telah melukakan Jie Shapeh sehingga Shapeh bercacad untuk seumur<br />

hidupnya. Itulah sebabnya, mengapa ayah telah. . .."<br />

Sam Hong tak dapat mempertahankan diri lagi. Air matanya lantas saja mengucur deras,<br />

sehingga membasahi jubah pertapaannya. "Kau. .... kau tak boleh....memikir yang tidak-<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 391

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!