20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

manusia, tapi bunyi binatang yang sudah menghembuskan napasnya yang penghabiskan. Dan<br />

suara yang menyeramkan itu jadi lebih menyeramkan lagi karena bercampur dengan arus<br />

ombak ditengah lautan. Mendengar itu jantung Coei San dan So So memukul keras.<br />

Angin laut yang dingin menderu deru. Sesudah lewat beberapa lama, si nona yang hanya<br />

mengenakan selembar pakaian tipis, tak dipat mempertahankan diri dan ia mulai menggigil.<br />

"In kauwnio, apa kau dingin?" bisik Coei San "Tak apa." jawabnya.<br />

Coei San segera membaka jubah panjangnya dan berkata: "Kau pakailah."<br />

Sinona merasa sangat berterima kasih. "Tak usah, kau sendiri juga kedingnan," Ia menolak<br />

sambil memaksakan diri untuk bersenyum. Tapi biarpun mulutnya menolak. tangannya<br />

menyambuti juga jubahnya itu yang lalu digunakan untuk menyelimuti pundaknya. Begitu<br />

merasakan hawa hangat dari jubah itu, ia bersenyum dengan rasa beruntung.<br />

Sementara itu, Coei San sendiri mengasah otak untuk mencari jalan guna meloloskan diri.<br />

Sesudah memikir bulak balik, ia berpendapat, bahwa jalan satu-satunya adalah <strong>membunuh</strong><br />

Cia Soen.<br />

Ia memasang kuping dan diantara suara gelombang, ia mendengar suara mengerosnya Cia<br />

Soen yang sudah pulas nyenyak, ia heran dan berkata dalam hatinya: "Orang itu telah<br />

bersumpah untuk tidak percaya manusia. Tapi bagaimana ia bisa tidur pulas dalam sebuah<br />

perahu bersama sama aku dan In Kauwaio? Apa dia tidak takut aku turunkan taugan jahat?<br />

Atau, apakah, karena menganggap kepandaiannya sudah sangat tin6gi, ia tidak memandang<br />

sebelah mata kepadaku? Sudahlah ! Biar bagaimanapun jua, aku harus berani menempuh<br />

bahaya. Orang ini sudah pasti akan melakukan apa yang dikatakannya. Kalau terlambat, bisabisa<br />

aku harus menemani dia dipulau kecil sampai masuk dilubang kubur," Memikir begitu,<br />

perlahan-lahan ia mendekati In So So untuk membisiki niatannya.<br />

Tapi diluar dugaan, sebelum ia keburu membuka mulut, didalam kegelapan apa mau si nona<br />

memutar kepala sehingga tanpa tercegah lagi, bibir pemuda itu menyentuh pipinya.<br />

Tak kepalang kagetnya Coei San! Ia sangat ingin menyatakan kepada sinona, bahwa kejadian<br />

itu adalah kejadian kebetutan dan ia sama sekali tidak berniat untuk berlaku kurang ajar tapi<br />

mulutnya terkancing dan ia tak dapat mengeluarkan sepatah kata.<br />

Dilain pihak sinona girang bukan main dan lalu merebahkan kepalanya dipundak pemuda itu.<br />

Sesaat itu, So So melupakan segala bahaya yang tengah mengancam dan pada detik itu, ia<br />

merasa dirinya, sebagai manusia yang paling beruntung dalam dunia. Tiba-tiba ia dengar<br />

bisikan Coei San: "In Kouwnio, aku harap kau tidak jadi gusar."<br />

Dengan paras muka bersemu merah dan dengan suara terputus-putus, ia berkata: "Kau....<br />

menyintai aku.... Aku.... sangat.. girang."<br />

In So So adalah memedi perempuan yang dapat <strong>membunuh</strong> manusia tanpa berkedip. Tapi<br />

dalam keadaan begitu, ia tiada bedanya seperti wanita lain. Jantungnya memukul keras,<br />

mukanya panas, rasa malu, kaget dan girang tercampur menjadi satu.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 195

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!