20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

supaya para enghiong dari enam partai dan para pengikut Mo Kauw yang sudah meninggal<br />

dunia, bisa mendapat temapt yang lapang dialam baqa dan supaya hutang piutang ini bisa<br />

berakhir sampai disini.<br />

Selagi Kong tie mengeluarkan perintah, Cong Wie Hiap menghentikan tindakannya dan turut<br />

mendengari. Sesaat kemudian, ia maju lagi. Semua orang menahan napas. Begitu lekas<br />

pukulan dikirim, In Thian Ceng akan binasa dan usaha membasmi Mo Kauw turut selesai.<br />

Pada detik menghadapi kemusnahan, kecuali yang terluka berat dan tidak bisa bergerak lagi,<br />

semua anggauta Beng kauw segera bersila dilantai dengan kedua tangan yg sepuluh jarinya<br />

terpentang itu merupakan simbol dari api yg berkobar2. Sambil memeramkan mata, mereka<br />

mengikuti yo Siauw mendia menurut cara Beng Kauw<br />

"Membakar ragaku,<br />

Api nan suci,<br />

Hidup, apa senangnya,<br />

Mati, apa susahnya?<br />

Untuk kebaikan menyingkirkan kejahatan,<br />

Guna kegemilangan Beng Kauw,<br />

Kesenangan dan kedukaan,<br />

Semua berpulang kedalam tanah,<br />

Kasihan manusia dalam dunia,<br />

Banyak yang menderita!<br />

Kasihan manusia dalam dunia,<br />

Banyak yang menderita!"<br />

Dalam mengucapkan doa itu, dari Yo Siauw yg berkedudukan paling tinggi sampai pada<br />

pegawai daput yg berkedudukan paling rendah sedikitpun tidak mengujuk rasa takut, suara<br />

mereka lantang dan sikap merekapun angker.<br />

Jie Lian Cioe mendengari dengan hati berduka. Ia merasa bahwa mereka yg bisa bersikap<br />

tabah dalam menghadapi kebinasaan dan bahkan masih bisa berkasihan terhadap manusia yg<br />

hidup menderita, adalah orang2 gagah yang mulia.<br />

"Pendiri Beng Kauw seorang mulia, hanya sayang pengikut2 nya yang belakangan<br />

menyeleweng dari jalan yang benar!" katanya didalam hati (kalau salah ketikan dari<br />

paragraph ini krn OCR nya ga kebaca >< - red)<br />

Sementara Boe Kie yg semula merasa keder sebab menghadapi begitu banyak orang, sekarang<br />

menjadi nekad. Ia nekad karena Cong Wie Hiap sudah mendekati kakeknya dan Kong tie<br />

sudah mengeluarkan perintah untuk <strong>membunuh</strong> sisa anggota Beng Kauw. Dengan sekali<br />

melompat ia sudah menghadang di depang Cong Wie Hiap. "Tahan!" bentaknya. "Kau ingin<br />

<strong>membunuh</strong> seorang yg sudah terluka berat apa kau tidak takut ditertawai?" Ia membentak<br />

dengan bernafsu, sehinga suara menggeledek dan menggetarkan seluruh lapangan. Semua<br />

orang yang sudah bergerak untuk menjalankan perintah Kong Tie, serentak menghentikan<br />

serangannya dan mengawasi pemuda itu.<br />

Melihat, bahwa yang mencegatnya tak lebih daripada seorang pemuda yg berpakaian<br />

compang camping, Cong Wie Hiap bersenyum tawar dan segera mendorong Boe Kie, yg<br />

lantas mengengos seraya menyampok dengan tangannya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 748

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!