20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Aku mata sangat mendongkol dan segera berkata: Taysoe adalah seorang pendeta suci yang<br />

mempunyai perasaan adil. Apakah dengan berkata begitu Taysoe ingin aku menyudahi saja<br />

urusan ini? Ia mengawasi aku dengan sorot mata kasihan."<br />

"Aku dapat merasakan hebatnya penderitaan Kiosoe. katanya. Akan tetap, kau harus ingat,<br />

bahwa perbuatan gurumu dilakukan dalam keadaan mabuk arak dan ia sebenarnya sama<br />

sekali tidak berniat begitu. Apa pula ia sungguh2 nerasa malu dan menyesal. Maka itu, loolap<br />

memohon pertimbangan Kiesoe mengingat kecintaan antara guru dan murid pada masa yang<br />

lampau."<br />

"Mendengar bujukan itu, sambil menahan amarah aku segera berkata dengan suara kaku!<br />

Kalau kali ini aku tidak bisa memenang kan dia, biarlah dia binasakan aku. Jika aku tidak bisa<br />

membalas sakit hati, akupun tak sudi hidup lebih lama lagi didalam dunia."<br />

"Kong kian mengawasi aku dengan paras muka berduka. Lama ia berdiri termenung tanpa<br />

menegeluarkan sepatah kata. Cia Kiesoe, katanva dengan suara perlahan, ilmu silat gurumu di<br />

waktu sekarang berbeda jauh dari pada diwarktu dulu. Biarpun kau mempunyai pukulan Cit<br />

siang koen, tak dapat kau melukakannya. Jika kau tak percaya, cobalah jajal pukulan itu<br />

terhadap diri loolap."<br />

"Aku dan Taysoe sama sekali tidak mempunyai permusuhan, mana berani aku melukakan<br />

Taysoe? kataku, Walaupun berkepandaian rendah, kurasa Cit Siang koen tak mudah dilawan<br />

orang. Mendengar jawabanku, ia mengawasi aku sejenak dan kemudian berkata dengan suara<br />

tetap: Cia Kiesoe, marilah kita bertaruh. Gurumu telah membinasakan tigabelas anggauta<br />

keluargamu dan kau boleh memukulku tigabelas kali. Jika kau berhasil melukakan aku, aku<br />

tak akan campur lagi urusan ini dan gurumu akan keluar untuk menemui kau. Tapi jika kau<br />

tak dapat melukakan aku, kau harus melupakan sakit hatimu. Cia Kiesoe, bagaimana<br />

pendapatmu? Apa kau setuju pertaruhan ini."<br />

"Aku tidak lantas menjawab. Kutahu pendeta itu memiliki ilmu silat yang sangat tinggi dan<br />

biarpun lihay, Cit siang koen belum tentu dapat melukainya. Kalau aku tidak bisa melukainya,<br />

apakah sakit hatiku boleh disudahi saja?"<br />

"Sementara itu, Kong kian sudah berkata: Sekarang aku mau bicara terang-terangan kepada<br />

Kiesoe. Sesudah mencampuri urusan ini, loolap pasti tidak akan mempermisikan kau<br />

membinasakan lagi kawan-kawan Rimba Persilatan yang tak berdosa. Jika mulai dari<br />

sekarang Kiesoe menghentikan perbuatan kejam itu, aku bersedia untuk melupakan segala<br />

perbuatan perbuatan dulu-dulu.<br />

"Cia Kiesoe, kau mencari musuhmu untuk membalas sakit hati. Apakah kau kira kelurga atau<br />

murid-murid dari orang-orang yang dibunuh olenhmu tidak akan mencarimu untuk membalas<br />

sakit hati?"<br />

"Mendengar perkataan itu yang diucapkan dengan suara keren amarahku meluap. Baiklah aku<br />

akan pukul kau tiga belas kali! teriakku. Jika merasa tidak tahan, Taysoe boleh segera<br />

berteriak. Seorang laki-laki tak akan melanggar janji sendiri. Kalau kalah, Taysoe harus<br />

meyuruh guru menemui aku."<br />

"Kong kian bersenyum seraya berkata: Kiesoe boleh segera mulai. Melihat badannya yang<br />

kate kecil, rambut dan alisnya yang sudah putih, dan paras mukanya yang welas asih, aku<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 249

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!