20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

menumplak kedosaan di atas pundak Beng Kauw. Tapi tapi.. aku sudah membakar banyak<br />

uang-uangan untuk rohmu aku sudah membikin sembahyangan besar.. aku terus menunjang<br />

penghidupan anak isterimu. Mengapa kau masih minta ganti jiwa ampun!...<br />

Ketika itu langit cerah dan matahari memancarkan sinarnya yang gilang gemilang. Tapi<br />

mendengar jerit-jeritan Sian Ie Thong, banyak orang menggigil seperti kedinginan. Roh Pek<br />

Goan seolah-olah berada di tempat itu.<br />

Pengakuan yang tak diduga-duga itu sudah keluar dari mulut Sian Ie Thong sebab dalam<br />

penderitaannya, ia ingat penderitaan Pek Goan. Biarpun Ouw Ceng Yo mati, nona itu bukan<br />

mati dalam tangannya, ia mati bunuh diri. Tapi Pek Goan binasa karena diracuni olehnya<br />

sendiri. Maka itu ia merasa tak ada kedosaannya terhadap Nona Yo. Dalam penderitaannya<br />

yang maha hebat itu di dalam otaknya hanya teringat Pek Goan dan roh Suheng itu seolaholah<br />

berdiri di depannya untuk menagih utang.<br />

Boe Kie tak mengenal Pek Goan. Tapi dari pengakuan Sian Ie Thong, ia tahu bahwa segala<br />

kedosaan telah ditimpakan ke pundak Beng Kauw. Mungkin sekali turut sertanya Hwa San<br />

Pay dalam gerakan membasmi Beng Kauw adalah untuk balas sakit hatinya Pek Goan.<br />

Memikir begitu, ia lantas berkata dengan suara nyaring. Para Cianpwee dari Hwa San Pay,<br />

dengarlah! Pek Goan Suhu bukan dicekali oleh orang Beng Kauw kalau sudah salah mereka<br />

orang.<br />

Tiba-tiba bagaikan kilat orang tua yang bertubuh jangkung mengangkat goloknya dan<br />

membacok leher Sian Ie Thong. Tapi Boe Kie mendahului, dengan gagang kipas ia menotol<br />

badan golok yang lantas saja terpental dan menancap di tanah.<br />

Perlu apa kau camput tangan? bentak si jangkung dengan gusar. Dia pengkhianat partai.<br />

Siapapun juga boleh membinasakannya.<br />

Aku sudah berjanji untuk mengobati dia, kata Boe Kie. Perkataan yang sudah diucapkan tidak<br />

bisa diabaikan dengan begitu saja. Urusan dalam partai bisa dibereskan sesudah kalian pulang<br />

ke Hwa San.<br />

Soetee, perkataan dia ada benarnya juga, kata si kate sambil menendang punggung Sian Ie<br />

Thong. Tendangan yang sangat keras itu bukan saja mampir tepat di Toa Toei Hiat, tapi juga<br />

telah melontarkan tubuh Sian Ie Thong yang kemudian ambruk di depan barisan Hwa San<br />

Pay. Pukulan pada Toa Toei Hiat sakit bukan main, tapi Sian Ie Thong sudah tidak bisa<br />

berteriak lagi. Ia berguling-guling sambil menahan sakit, tapi tak seorangpun berani<br />

menolong, sebab mereka takut ketularan racun.<br />

Kami berdua adalah paman guru Sian Ie Thong, kata si kate kepada Bu Ki. Bahwa kau sudah<br />

membikin terang satu perkara besar dalam partai kami, sehingga sakit hatinya Pek Goan<br />

Soetit bisa terbalas, aku merasa sangat berterima kasih, sehabis berkata begitu, ia menyoja<br />

sambil membungkuk. Si jangkung buru-buru ikut menyoja.<br />

Mendadak si kate mengibas goloknya dan berkata, tapi, sebab kau sudah merusak nama<br />

harumnya Hwa San Pay, maka tak ada jalan lain bagi kami berdua daripada mengadu jiwa<br />

dengan kau.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 777

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!