20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Sambil mendukung jenazah Biat coat, Boe Kie berkata, “Baiklah kita berangkat sekarang. Cie<br />

Jiak menyodorkan kedua tangannya dan menyambut jenazah gurunya dari tangan Boe Kie.<br />

Sesudah itu tanpa mengeluarkan sepatah kata ia bertindak keluar dari Ban hoat sie.<br />

Sementara itu, orang2 Koen loen, Khong tong dan Hwa san pay sudah keluar lebih dahulu.<br />

Yang terus berdiam menemani Boe kie adalah Kong boen dan Kong tie. Setelah rombongan<br />

lain lain partai berangkat semua, sambil merangkap kedua tangannya menghaturkan terima<br />

kasih kepada Boe Kie yang menjawabnya dengan kata kata merendahkan diri. Akhirnya<br />

bersama pendekar2 Boe tong dan Boe kie, Kong boen dan Kong tie juga turut meninggalkan<br />

Ban hoat sie.<br />

Berjalan belum beberapa jauh, Boe Kie ternyata telah terlalu lelah, karena dalam menolong<br />

rombongan keenam partai, ia sudah terlalu banyak mengeluarkan te<strong>naga</strong> dan bentrokan<br />

dengan Biat coat juga telah melukai bagian dalam dari tubuhnya. Boh Seng Kok segera<br />

menggendong keponakannya yang sambil digendong, perlahan-lahan mengerahkan Kioe yang<br />

sin kang untuk memulihkan te<strong>naga</strong> dalamnya.<br />

Waktu fajar menyingsing rombongan itu tiba di pintu kota sebelah barat. Dengan tak banyak<br />

sukar, mereka mengusir tentara yang menjaga pintu. Di tempat yang jauhnya beberapa li dari<br />

pintu kota, Yo Siauw telah menunggu dengan kuda kuda dan kereta. Sambil tertawa ia<br />

memberi selamat kepada orang2 yang baru saja terlolos dari lubang jarum.<br />

“Tanpa pertolongan Thio Kauwcoe dan anggota2 Beng kauw, rombongan keenam partai pasti<br />

menemui kebinasaan, kata Kong boen Taysoe. “Untuk budi yang besar itu, kami hanya bisa<br />

menghaturkan banyak terima kasih. Kini kita harus memikiri tindakan selanjutnya dan<br />

kuharap Thio Kauwcoe suka memutuskannya.<br />

“Aku yang rendah berpengetahuan sangat cetek, kata Boe Kie. “Dalam hal ini, aku mohon<br />

perintah Hong thio.<br />

Tapi, biarpun dipaksa, Kong boen Taysoe menolak untuk memegang pimpinan.<br />

“Tempat ini tak jauh dari kota raja, kata Thio Siong kee. Sesudah kita mengacau hebat, raja<br />

muda pasti tidak akan menyudahi saja. Dia pasti akan segera mengirim tentara yang kuat<br />

untuk mengejar kita. Biar bagaimana pun jua kita tak boleh berdiam lama lama di sini dan<br />

harus pergi ke tempat lain.<br />

“Paling baik bila raja muda bangsat itu mengirim tentaranya, kata Ho Thay ciong. “Kita bisa<br />

menghajar mereka sepuas hati.<br />

Thio Siong kee menggelengkan kepala. “Aku tidak setuju, katanya. “Lweekang kita belum<br />

pulih seanteronya dan pada hakekatnya kita masih mempunyai banyak waktu untuk<br />

menghajar Tat coe. Pada saat ini, jalan yang paling baik ialah menyingkirkan diri.<br />

“Thio Shiehiap benar, kata Kong boen. “Kalau bertempur, biarpun kita bisa membinasakan<br />

banyak Tat coe, pihak kitapun pasti akan menderita kerusakan besar. Memang sebaiknya kita<br />

menyingkir untuk sementara saat.<br />

Sesudah Kong boen menyatakan pendapatnya, yang lain tak berani membantah lagi.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1005

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!