20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Entah berapa lama ia berada dalam mimpi. Ia mimipi dikerubuti anjing2 galak, ia membuka<br />

mulut untuk berteriak, tapi suaranya tidak bisa keluar..dalam keadaan lupa ingat, ia merasa<br />

anjing2 itu mundur teratur..<br />

Tiba2 ia mendengar suara manusia. Panasnya mulai teduh. Mungkin ia ketolongan.<br />

Perlahan2 ia membuka kedua matanya dan melihat, bahwa ia sedang rebah di atas ranjang<br />

dalam sebuah kamar yang diterangi lampu kecil dan didepan ranjang berdiri seoranglelaki<br />

setengah tua.<br />

Dengan rasa heran ia berkata Toasiok.mengapa.aku…,ia tak dapat meneruskan perkataannya<br />

karena sekujur badannya sakit bukan main dan badannya panas membara. Sekarang ia ingat,<br />

bahwa ia telah diserang kawanan anjing.<br />

Anak, umurmu panjang kata orang itu, Apa kau lapar?<br />

Dimana..aku..katanya. sekali lagi ia tak dapat meneruskan perkataannya, karena kedua<br />

matanya keburu gelap.<br />

Waktu ia sadar pula, orang itu sudah pergi, Sedang aku tak akan hidup lebih lama lagi,<br />

mengapa aku mesti mengalami begitu banyak penderitaan? katanya dalam hati. Ia mendapat<br />

kenyataan, bahwa leher, kepala, bahu, tangan, paha, betis, dan dadanya semua dibalut dengan<br />

kain dan bau daun obatmenusuk hidung.<br />

Dari bau obat ia tahu, bahwa orang yang mengobatinya tidak begitu paham ilmu pengobatan.<br />

Ia mengendus bau Heng Jin, Ma-cia-coe, Hong ho, Lum Chee dan kain2 obat yang biasa<br />

digunakan untuk mengobati luka bekas gigitan anjing gila. Tapi ia bukan digigit anjing gila.<br />

Yang perlu disembuhkan adalah daging dan otot2nya yang rusak. Dengan diberikannya obat<br />

yang tidak cocok, lukanya jadi makin sakit. Tapi ia tak berdaya. Ia tak bisa bangun waktu<br />

fajar menyingsing, lelaki setengah tua itu datang menengok lagi.<br />

Toa siok, terima kasih banyak untuk segala pertolonganmu, kata Boe Kie.<br />

Terima kasih apa? kata orang itu Bukan aku yang menolong kau.<br />

Dimana aku berada? Siapa yang sudah menolong aku? tanya pula Boe Kie.<br />

Kau berada di Bwee-hoa San-Chung (gedung bunga Bwee), jawabnya Yang menolong kau<br />

adalah siocia (nona) kami. Apa kau lapar? Sebaiknya kau makan bubur panas. Sambil berkata<br />

begitu, ia bertindak keluar dan balik dengan membawa semangkok bubur daging. Baru saja<br />

Boe Kie makan beberapa sendok, ia merasa nek dan tidak bisa makan lebih banyak.<br />

Sesudah rebah delapan hari, barulah Boe Kie bisa bangun perlahan2. ia tak berte<strong>naga</strong> dan<br />

kalau berdiri, kedua kakinya gemetaran. Ia tahu kelemahan itu adalah akibat terlalu banyak<br />

mengeluarkan darah dan kekuatannya tidak bisa pulih dalam tempo cepat. Lelaki setengah tua<br />

setiap hari merawatnya dan membawa bubur, sehingga walaupun sikapnya agak kurang enak,<br />

Boe Kie merasa sangat berterima kasih. Orang tua itu tidak suka banyak omong dan biarpun<br />

Boe Kie ingin sekali mengajukan banyak pertanyaan ia tidak berani membuka mulut.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 534

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!