20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sementara itu, setelah mengerahkan te<strong>naga</strong> dalam, bagaikan kilat Boe Kie meninju pokok<br />

pohon.<br />

Krreek!.... Sebatas pokok yang ditinju, pohon itu terbang dan dubrak! Roboh dalam jarak dua<br />

tombak lebih! Di atas tanah hanya berdiri pohon yang tingginya kira-kira empat kaki.<br />

Pukulan pukulan itu bukan Cit siang koen, kata Siang Keng Cie dengan suara tak puas.<br />

Cit siang koen adalah semacam pukulan yang di dalam kekerasannya terdapat kelembekan<br />

dan di dalam kelembekannya terdapat kekerasan. Pukulan Boe Kie itu biarpun dahsyat luar<br />

biasa hanyalah pukulan yang menggunakan te<strong>naga</strong> keras<br />

Tapi waktu Siang Keng Cie menghampiri pangkal pohon yang masih berdiri dan<br />

memeriksanya, ia terpaku dan mengawasi dengan mulut ternganga. Ia lihat bahwa urat-urat<br />

pohon yang terpukul hancur semuanya! Itulah Cit siang koen yang sudah mencapai puncak<br />

kesempurnaan!<br />

Ternyata dalam pukulannya itu, Boe Kie telah menggunakan dua macam te<strong>naga</strong>. Untuk<br />

mencapai maksudnya, mereka harus memperlihatkan hasil dengan segera. Jika ia hanya<br />

menggunakan Cit siang koen maka sesudah berselang sepuluh hari atau setengah bulan,<br />

barulah pohon itu mati berdiri. Maka itu ia meningju dengan te<strong>naga</strong> Cit siang koen yang<br />

disertai dengan Yang-kang (te<strong>naga</strong> keras) sehingga batangnya patah dan terbang.<br />

Kehebatan Boe Kie disambut dengan sorak-sorai gegap-gempita.<br />

Bagus! seru Tong Boen Liang. Itulah Cit siang koen yang tertinggi. Aku merasa takluk! Tapi<br />

bolehkah aku bertanya, dari mana Can Siauw hiap belajar ilmu itu?<br />

Boe Kie tidak menjawab. Ia hanya tersenyum.<br />

Tiba-tiba si tua berteriak, Di mana adanya Kim mo Say-ong Cia Soen! Beritahukanlah!<br />

Pemuda itu terkejut. Celaka! ia mengeluh di dalam hati. Dengan memperlihatkan Cit siang<br />

koen, aku menyeret Gie-hoe. Jika aku bicara terus terang, peranan damai tidak dapat dipegang<br />

lagi olehku.<br />

Sesudah berpikir sejenak, ia bertanya dengan suara lantang, Apakah Cianpwee menganggap<br />

kitab Cit siang koen dirampas oleh Kim mo Say-ong? Ha-ha! Cianpwee salah, salah besar!<br />

Kitab itu dicuri oleh Hoen goan Pek lek chioe Seng Koen. Malam itu, ketika terjadi<br />

pertempuran di kuil Ceng yang koen, gunung Khong tong san bukankah ada dua orang yang<br />

kena pukulan Hoen goan kang? Katakanlah, boanpwee benar atau salah.<br />

Ternyata pada waktu Cia Soen bertempur di Khong tong san dalam usahanya merampas kitab<br />

Cit siang koen, Seng Koen yang ingin memperhebat kekacauan dalam Rimba Persilatan,<br />

diam-diam memberi bantuan. Ia melukai Tong Boen Liang dan Siang Keng Cie dengan<br />

pukulan Hoen goan kang. Waktu itu Cia Soen sendiri masih belum tahu. Belakangan, atas<br />

petunjuk Kong kian Taysoe, barulah ia tahu adanya bantuan itu.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 762

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!