20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Dia hidup ditempat yang sangat dingin, tapi sifatnya adalah panas. Tanpa sifat yang aneh itu,<br />

tak mungkin ia hidup didalam kolam dingin. Kalau dagingnya dimakan orang biasa, orang itu<br />

akan segera mati dengan mengeluarkan darah dari hidung, mulut dan kupingnya. Tapi Boe<br />

Kie bukan orang biasa karena didalam tubuhnya mengeram racun dingin dari Hian Beng Sin<br />

Ciang. Racun dingin itu kebentrok dengan racun panas dari sang kodok dan racun panas<br />

buyar, racun dinginpun ikut mereda.<br />

Tapi Boe kie sendiri tak tahu terjadinya kejadian yang sangat kebetulan itu. Ia merasa sekujur<br />

tubuhnya lelah dan letih, rasa mengantuk menguasai dirinya. Tapi ia tidak berani tidur disitu<br />

sebab kuatir diserang kodok lain. Maka itu sambil menguatkan badan dan hati ia<br />

meninggalkan tempat itu. Baru berjalan kira-kira satu li, ia tidak dapat mempertahankan diri<br />

lagi dan lalu rebah pulas diatas tanah.<br />

Ketika ia sadar, rembulan sudah berada ditengah tengah angkasa. Ia merasa bahwa didalam<br />

perutnya terdapat semacam bola hangat yang bergerak-gerak dan menggelinding kian kemari.<br />

Ia mengerti, bahwa daging kodok itu mempunyai zat-zat luar biasa untuk menambah te<strong>naga</strong>.<br />

Ia merasa semangatnya bertambah dan te<strong>naga</strong> dalamnya jadi lebih besar. Ia segera duduk<br />

bersila dan mengerahkan Lweekang, dengan niatan mendorong hawa hangat itu ke dalam<br />

pembuluh pembuluh darahnya. Tapi sesudah berusaha beberapa kali, ia tidak berhasil bahkan<br />

kepalanya puyeng dan ulu hatinya enek.<br />

Ia menghela nafas dan berkata dalam hatinya. Tak mungkin aku bernasib begitu baik. Kalau<br />

hawa hangat itu bisa menembus masuk berbagaipembuluh darah, bukankah itu berarti bahwa<br />

racun Hian Beng sin ciang sudah dapat dipunahkan.<br />

Baik juga, sebab ia tidak terlalu berharap hidup, ia tidak merasa kecewa. Pada keesokan<br />

tengah hari, ia merasa perutnya lapar. Ia lalu mengambil sebatang ranting pohon yang<br />

kemudian digunakan untuk mengaduk air di kolam dingin. Beberapa saat kemudian, ranting<br />

itu sudah digigit tiga empat kodok. Perlahan-lahan ia mengangkatnya keatas dan lalu<br />

membinasakan binatang-binatang itu dengan menggunakan batu. Sekali lagi ia membuat<br />

perapian dan membakar daging kodok yang lalu digunakan untuk menangsal perut.<br />

Karena merasa bahwa ia akan bisa hidup beberapa lama lagi, maka ia lalu membuat semacam<br />

dapur dan menaruh cabang cabang kering di dalamnya, supaya ia tidak saban-saban harus<br />

membuat api.<br />

Sebagai seorang yang pernah hidup di pulau Peng Hwee To, Boe Kie sudah bisa menolong<br />

diri sendiri. Maka itu, hidup sebatang kara ditempat tersebut tidak menjadi susah baginya. Ia<br />

mengambil tanah liat dan membuat paso tanah, kemudian menganyam rumput untuk<br />

membuat tkar. Ia bekerja sampai kira-kira magrib dan tiba-tiba ia ingat Coe Tiang Leng yang<br />

sekarang mestinya sudah kelaparan setengah mati. Maka itu, ia memetik satu buah dan<br />

melemparkannya ke dalam lobang terowongan.<br />

Ia tidak memberi daging kodok panggang sebab kuatir Coe Tiang Leng bertambah te<strong>naga</strong> dan<br />

bisa menggempur dinding terowongan. Kekuatiran si bocah ternyata sudah menyelamatkan<br />

jiwa orang she Coe. Kalau Boe Kie memberikan kodok itu, ia sudah pasti sudah melayang<br />

jiwanya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 585

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!