20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Anggota keenam bendera itu membungkuk, menghunus senjata dan lalu berpencaran untuk<br />

menunaikan tugas yang diberikan oleh sang Kauw coe. Sebelum aku kembali, kalian semua<br />

tidak boleh berkisar dari tempat penjagaan, kata pula Boe Kie.<br />

Semua orang kaget bukan main. Mereka hanya merasai sedikit pusing. Mengapa kauw-coe<br />

mereka jadi begitu bingung? Kalian, dengarlah kata Boe Kie dengan suara sungguh-sungguh.<br />

Biar bagaimana tidak enakpun, kalian tidak boleh, sekali-kali tidak boleh mengerahkan te<strong>naga</strong><br />

dalam. Kalau racun mengamuk tak akan ada obat lagi untuk menolong kalian!<br />

Semua orang jadi terlebih kaget.<br />

Dalam saat, dengan sekali berkelebat Boe Kie melesat belasan tombak jauhnya. Ia tidak mau<br />

menggunakan kuda sebab larinya binatang itu dianggap masih terlalu lambat. Sambil<br />

mengempos semangat, dengan ilmu ringan badan yang paling tinggi, ia terbang ke Lek hoechung.<br />

Jarak duapuluh li lebih dilaluinya dalam sekejap mata, bagaikan seekor burung ia masuk ke<br />

dalam perkampungan. Para penjaga melihat berkelabatnya satu bayangan. Mereka sama sekali<br />

tak menduga, bahwa seorang manusia sudah menerobos masuk dari tempat jaganya.<br />

Tanpa menyia-nyiakan waktu, Boe Kie berlari-lari ke Soei kok. Dari kejauhan ia melihat<br />

seorang wanita yang mengenakan baju warna hijau sedang membaca buku sambil minum teh.<br />

Wanita itu bukan lain dari Tio Beng.<br />

Mendengar tindakan kaki, si nona menengok dan bersenyum.<br />

Tio Kauw nio, kata Boe Kie, aku minta beberapa pohon rumput. Tanpa menunggu jawaban,<br />

kakinya menotol tepi empang dan melompat ke Soei kok, badannya melayang di permukaan<br />

air, seolah-olah seekor capung. Sambil melayang kedua tangannya mencabut tujuh delapan<br />

pohon yang menyerupai pohon bunga Coei sian. Tapi sebelum kedua kakinya hinggap di Soei<br />

kok, tiba-tiba terdengar sret srr beberapa senjata rahasia yang sangat halus menyambar<br />

dirinya. Dengan sekali mengibas, ia sudah menggulung semua senjata rahasia itu di dalam<br />

tadang saku bajunya dan hampir berbareng, ia mengebut Tio Beng dengan tangan baju kiri. Si<br />

nona berkelit dan angin kebutan itu sudah melontarkan poci dan cangkir teh yang jatuh<br />

hancur.<br />

Sesudah berdiri tegak di lantai Soei-kok, Boe Kie melihat, bahwa pada setiap pohon bunga<br />

terdapat ubi sebesar telur ayam, merah. Ia girang sebab obat pemunah racun sudah<br />

didapatkan. Terima kasih untuk obat ini, aku sekarang mau berangkat! katanya sambil<br />

memasukkan pohon-pohon itu ke dalam sakunya.<br />

Datangnya gampang, perginya mungkin tidak begitu gampang, kata si nona sambil tertawa. Ia<br />

melemparkan buku yang dipegangnya seraya menarik keluar dua batang pedang yang tipis<br />

bagaikan kertas dari dalam buku itu. Tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi, ia menerjang.<br />

Karena memikiri orang-orang yang kena racun, Boe Kie sungkan berkelahi lama-lama. Ia<br />

mengibaskan tangan bajunya dan beberapa belas jarum emas milik si nona berbalik<br />

menyambar majikannya. Dengan satu gerakan yang sangat indah Tio Beng menyelamatkan<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 851

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!