20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Biarpun aku sopan, tapi dengan berdiam berdua-dua ditempat gelap, name baik In Kauwnio<br />

bisa ternoda." Buru-buru in bangun berdiri dan membuka pintu belakang, akan kemudian<br />

pergi ketempat jurumudi yang dengan tenang mengemudikan parahu itu kealiran bawah.<br />

Kurang lebih satu jam kemudian air pasang mulai surut dan air keluar lagi kelautan, sehingga<br />

dengan menurut aliran air, perahu itu laju semakin cepat. Pada waktu fajar menyingsing pulau<br />

Ong poan san sudah berada didepan mata.<br />

Pulau itu, yang terletak dimulut sungai Ciantong kang, dalam perairan lautan Tonghay adalah<br />

sebuah pulau kecil yang tandus dan tiada penduduknya. Waktu kedua perahu itu berada dalam<br />

jarak beberapa kali, dari atas pulau tiba-tiba terdengar suara terompet dan dua orang kelihatan<br />

menggoyang-goyangkan dua bendera hitam. Waktu perahu datang lebih dekat, Coei San<br />

mendapat kenyataan bahwa bendera hitam itu berpinggir putih dengan sulaman kura-kura<br />

terbang.<br />

Dibawah kedua bendera itu berduduk seorang tua, begitu lekas perahu menepi, lantas saja<br />

berseru : "Hian boen tan Pek Kwie Sioe menyambut In Kauw nio dengan segala kehormatan."<br />

Suaranya keras, tapi kedengarannya sangat menusuk kuping. Sehabis berseru begitu si kakek<br />

sendiri memasang papan untuk pendaratan. In So So mempersilahkan Coei San jalan lebih<br />

dulu dan sesudah mereka mendarat, ia segera memperkenalkan, pemuda itu kepada Pek Kwie<br />

Sioe.<br />

Jilid 8_____________<br />

Mendengar pemuda itu adalah salah seorang dari Boe tong Cit hiap, Pek Kwie Sioe terkejut.<br />

"Sudah lama aku mendengar nama besar dari Boe tong Cit hiap," "katanya. "Aku merasa<br />

sangat beruntung, bahwa dihari ini aku dapat bertemu muka dengan Thio Ngohiap."<br />

Thio Coei San segera menjawab dengan perkataan-perkataan merendahkan diri.<br />

"Hai! Kalian berdua pandai sekali bicara manis-manis," kata In So So. "Di hati lain, dimulut<br />

lain. Didalam hati, yang satu berkata: "Celaka. Orang Boe tong pay turut datang kesini dan<br />

tambah lagi satu lawan lihay yang mau merebut To liong to. Yang lain berpikir Huh! Manusia<br />

apa kau ? Anggauta dari agama yang menyeleweng. Tak sudi aku bersahabat denganmu.<br />

Menurut pendapatku, lebih baik kalian bicara saja terang-terang. Jangan main berpura pura."<br />

Pek Kwie Sioe tertawa terbahak-bahak.<br />

"Tidak, aku tidak memikir begitu," kata Coei San. "Aku yakin, bahwa Pek Tan coe memiliki<br />

ke pandaian yang sangat tinggi. Ilmu mengirim suara sangat mengagumkan. Kedatanganku<br />

disini hanyalah menemani In Kouwnio untuk menonton ke ramaian dan sedikitpun aku tidak<br />

mempunyai niatan untuk turut dalam perebutan golok mustika."<br />

Mendengar perkataan pemuda itu, In So So me rasa girang sekali.<br />

Pek Kwie Sioe mengenal nona In sebagai wanita yang berhati kejam dan tak pemah berlaku<br />

manis2 terhadap siapapun jua. Tapi sekarang, untuk pertama kalinya, ia menyaksikan sikap<br />

yang luar biasa halus dari sinona terhadap Thio Coei San, sehingga ia segera mengetahui,<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 154

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!