20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Boe Kie mengeluarkan suara dihidung dan lalu mendekati Cioe Cie Jiak. Biarpun dikurung<br />

oleh musuh2 yang berkepandaian sangat tinggi, sikapnya tenang dan wajar. Tadi ketika ia<br />

menjemput kedua potong kotak emas, ia bergerak seolah2 di ruangan itu tak ada manusianya.<br />

Sekarang, setelah menyapu seluruh ruangan dengan matanya, ia berkata Baiklah! Kalau<br />

begitu, kami ingin berpamitan. Ia memegang tangan Cioe Cie Jiak, memutar badan dan lalu<br />

bertindak keluar.<br />

Tahan! bentak Tio Beng. Jika kau inin pergi sendiri, aku tak nanti menghalang-halangi. Tapi<br />

dengan mengajak Cioe kauwnio tanpa memberitahukan aku, kau sungguh tidak memandang<br />

sebelah mata kepadaku.<br />

Benar aku melanggar adat kesopanan kata Boe Kie sambil menghentikan tindakannya lalu<br />

memutar tubuh. Tio kauwnio, aku meminta kau melepaskan Cioe Kauwnio dan<br />

mempermisikannya untuk mengikut aku.<br />

Tio Beng tidak menjawab. Ia memberi isyarat kepada Hian beng Jie lo dengan lirikan mata.<br />

Ho Pit Ong maju beberapa tindak dan berkata Thio kauwcoe, kau datang lantas datang, mau<br />

pergi lantas pergi. Mau menolong orang lantas menolong. Kau pikirlah! Dengan perbuatan<br />

itu, dimana kami harus menaruh muka? Apabila kau tidak memperlihatkan kepandaianmu<br />

kami semua tentu merasa sangat penasaran.<br />

Mendengar suara si kakek, darah Boe Kie lantas saja meluap. Tua bangka kurang ajar!<br />

cacinya dahulu, diwaktu aku masih kecil, kau sudah membekuk aku, sehingga hampir2 jiwaku<br />

melayang. Hari ini, kau masih ada muka bicara begitu dihadapanku. Sambutlah! seraya<br />

berkata begitu, ia menghantam Ho Pit Ong.<br />

Lok Tung Kek yang tadi sudah berkenalan dengan kelihayan Boe Kie, mengerti bahwa<br />

dengan seorang diri, kawan itu bukan tandingan pemuda itu. Bagaikan kilat ia melompat dan<br />

memukul. Boe Kie tidak membatalkan serangannya tangan kanannya terus menghantam Ho<br />

Pit Ong sedang tangan kirinya menangkis pukulan Lok Thung Kek. Dalam gebrakan ini<br />

Te<strong>naga</strong> tulen melawan te<strong>naga</strong> tulen. Berbarengan dengan bentrokan empat lengan, tubuh<br />

ketiga orang itu bergoyang2.<br />

Pada beberapa bulan berselang, dalam pertemuan di Boe tong san, 2 tangan Hian beng Jie lo<br />

melayani ke-2 tangan Boe Kie, sedang 2 tangan mereka yang lain menghantam tubuh pemuda<br />

itu. Sekarang mereka ingin mengulangi siasat itu. 2 tangan mereka yang masih merdeka<br />

dengan berbareng menghantam Boe Kie.<br />

Tapi sesudah dibokong satu kali. Siang2 ia sudah memikiri cara bagaimana untuk<br />

memunahkannya. Demikianlah, selagi ke-2 tangan musuh menyambar, tiba2 ia menyikut<br />

dengan menggunakan Kian koen Tay lo ie Sin Kang. Plak! tangan kiri Ho Pit Ong memukul<br />

tangan kanan Lok Thung Kek. Kedua kakek itu memukul dengan ciang hiat yang sama,<br />

dengan te<strong>naga</strong> yang sama pula. Sambil mengeluarkan seruan tertahan, mereka merasakan<br />

kesakitan hebat. Tak kepalang rasa herannya. Mereka sama sekali tidak mengerti, mengapa<br />

mereka saling pukul dengan teman sendiri. Ternyata, biarpun berkepandaian tinggi, Hian<br />

beng jie lo belum mengenal Kian koen Tay lo ie.<br />

Dilain saat, dengan gusar mereka menyerang bagaikan hujan dan angin. Dalam serangan itu,<br />

mereka bekerja sama erat sekali, yang satu menyerang, yang satu membela diri. Tapi Boe Kie<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 947

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!