20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

erdua tidak menjadi soal. Tapi apakah kamu kira lima pendekar Boe-tong dan Biat-coat<br />

Soetbay akan menyudahi perbuatanmu dengan begitu saja?"<br />

Kan Ciat terkejut. Ia merasa bahwa ancaman bocah itu bukan ancaman kosong, sebab<br />

Boetong pay dan Gobie pay memang tidak boleh dibuat permainan.<br />

Tetapi Sie Kong Wan tertawa terbahak bahak. "Kejadian di hari ini diketahui oleh Langit,<br />

oleh Bumi, oleh kau dan oleh aku. Bocah! Sesudah kau berada dalam perut kami kau boleh<br />

mengatakan kepada Thio Sam Hong."<br />

Kan Ciat turut tertawa dengan sinting. "Kau benar, kau benar," katanya. "Saudara Thio, untuk<br />

menolong jiwa, kami sesungguhnya tak dapat berbuat lain." Sehabis berkata begitu, ia<br />

berpaling kepada kedua soetenya Sie Kong Wan dan membentak: "Mengapa kamu berdiri<br />

seperti patung? Pergi ambil air dan cari kayu bakar!"<br />

Kedua orang itu mengangguk dan lalu berjalan pergi.<br />

"Sie Toaya," kata Boe Kie dengan suara memohon, "jikalau kalian mau juga makan daging<br />

manusia, makanlah dagingku saja seorang. Aku memohon supaya kamu suka membebaskan<br />

adik kecil itu. Kalau permintaanku dilulusi, biarpun mati aku tak akan merasa menyesal."<br />

"Mengapa begitu?" tanya si manusia she Sie.<br />

"Karena pada waktu mau menutup mata, ibunya telah meminta pertolonganku supaya aku<br />

mengantarkan dia kepada ayahnya," jawab Boe Kie. "Kan Toaya, dengan makan aku seorang<br />

kurasa kamu sudah cukup kenyang dan besok kamu bisa membeli kerbau atau kambing untuk<br />

dijadikan barang santapan selaajutnya. Kan Toaya, Sie Toaya, ampunilah adikku itu."<br />

Melihat kesatriaan bocah itu, mau tak mau hati Kan Ciat tergerak juga, ia mengawasi Sie<br />

Kong Wan dan bertanya: "Bagaimana pikiranmu?"<br />

"Ini soal kecil," jawabnya. "Tapi kalau rahasia ini bocor, dikemudian hari kite berabe sekali.<br />

Song Wan Kiauw, Jie Lian Coe dan yang lain-lain tentu akan cari kita. Wan Toako, jika kau<br />

mempunyai jalan untuk menghadapi mereka, aku tidak berkeberatan."<br />

"Tak salah", kata Kan Ciat sambil mengangguk. "Aku sungguh tolol. Aku tidak memikir apa<br />

yang mungkin terjadi dihari kemudian."<br />

Sesaat itu, seorang Hwa san pay sudah kembali dengan membawa air dikuali. Boe Kie<br />

mengerti, bahwa bahaya sudah sangat dekat. "Poet Hwie moay-moay," katanya. "kau<br />

bersumpahlah, bahwa kau tak akan menceritakan kejadian dihari ini kepada siapapun jua."<br />

Tapi anak itu yang belum mengerti apapun jua lantas saja menangis keras. Ia sama sekali<br />

tidak tahu bahwa kakak itu sedang menawarkan jiwa sendiri untuk menolongnya.<br />

Pemuda yang tidak dikenal Boe Kie, yang parasnya angker, terus duduk ditanah tanpa<br />

mengeluarkan sepatah kata. Sekarang Kan Ciat mengawasinya dan berkata: "Cie Siauw Sie,<br />

kalau mau turut makan daging kambing, kau harus bekerja."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 497

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!