20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

yang menyakiti hatinya itu. Mereka mengenal putri itu sebagai manusia keras kepala. Kalau<br />

dipaksa, bukan tak bisa jadi dia benar2 akan <strong>membunuh</strong> diri. Tanpa merasa jenderal tua itu<br />

menghela napas dan air matanya mengucur, “Beng beng...” katanya dengan suara parau, “Kau<br />

harus bsia menjaga diri. Thia thia mau pergi… berhati-hatilah!...”<br />

Si nona mengangguk. Ia tidak berani mengangkat muka untuk melihat wajah ayahnya.<br />

Jie Lam Ong memutar tubuh lalu turun gunung dengan tindakan perlahan. Ia seperti tidak<br />

melihat kudanya yg dituntun oleh seorang pengawal. Ia terus berjalan kaki. Tapi baru berjalan<br />

belasan tombah, tiba2 ia menengok dan berseru, “Beng beng, apa lukamu tak berbahaya? Apa<br />

kau bawa uang?”<br />

Dengan air mata berlinang2, si nona menganggutkan kepalanya.<br />

Alis Jie Lam Ong berkerut. Tiba2 dia berpaling kepada pengawalnya dan berkata, “Serahkan<br />

dua ekor kuda kepada Koen Coe!”<br />

Beberapa pegawal lantas saja menuntun dua ekor kuda pilihan dan menyerahkan nya kepada<br />

Tio Beng.<br />

Sesudah menghadiahkan kedua ekor kuda kepada putrinya, dengan diiring oelh para<br />

pengawal, Jie Lam Ong terus turun gunung. Enam orang boesoe memapak ketiga pendeta<br />

Thian tiok yg tidak bisa jalan karena kehabisan te<strong>naga</strong>. Tak lama kemudian di jalanan itu<br />

hanya ketinggalan Boe Kie dan Tio Beng berdua.<br />

Boe Kie lantas bersila dan mengerahkan sinkang untuk mengeluarkan hawa dingin akibat<br />

pukulan Lok Thung Kek, dari dalam tubuhnya. Dia menderita luka berat, sebab pada Long<br />

Thung Kek mengirim pukulan, ia sedang menggunakan seanterot te<strong>naga</strong>nya untuk<br />

menghadapi ketiga pendeta Thian tiok. Sesudah ia mengerahkan Kioe Yang Cin Khie tiga<br />

putaran dan dua kali memuntahkan darah, barulah dadanya yg menyesak jadi lebih lega. Ia<br />

membuka mata dan melihat paras muka Tio Beng yg diliputi rasa kuatir, “Tio Kouwnio, kau<br />

sangat menderita,” katanya dengan suara lemah lembut.<br />

“Apa sampai sekarang kau masih merasa perlu untuk memanggil aku dengan istilah Tio<br />

Kouwnio?” tanya si nona. “Aku sudah bukan orang Kerajaan lagi, aku sudah bukan seorang<br />

Koencoe… Apa… apa kau menganggap aku sebagai wanita siluman?”<br />

Perlahan2 Boe Kie bangun berdiri.<br />

“Aku ingin ajukan satu pertanyaan,” katanya dengan suara sungguh2. “Kau harus menjawab<br />

sejujur2nya. Siapakah yg melukai piauw moay ku, In Lee? Apa kau?”<br />

“Bukan!” jawabnya.<br />

“Kalau bukan kau siapa?”<br />

“Aku tidak bisa memberitahukan. Begitu lekas aku bertemu dengan Cia Tayhiap, orang tua itu<br />

bisa segera memberi keterangan jlease kepadamu.”<br />

“Giehoeku? Apa benar Giehoe tahu siapa yg turunkan tangan jahat?”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1262

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!