20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

“Apa boleh aku tahu nama Soethay?” tanya Soema Cian Ciong, “Mengapa tak perlu juru<br />

pemisah?”<br />

“Yang menang hidup, kalah mati, juru pemisah yang tepat adalah Giam loo ong!” jawabnya.<br />

Mendengar suara bernada dingin dan menyeramkan, banyak orang bangun bulu romanya.<br />

“Dengan ilmu silat kita mencari persahabatan,” kata Soema Cian Ciong. “Antara kita tidak<br />

terdapat permusuhan. Perlu apa kita berkelahi sampai ada yang mati? Seorang beribadat<br />

berdiri diatas dasar belas kasihan. Dengan berkata begitu apakah Soethay tak kuatir<br />

Hoedcouw (Sang Buddha) akan menjadi gusar?”<br />

“Terhadap orang lain kau boleh menggoyang lidah secara gila-gilaan. Terhadap murid Go biepay,<br />

kau harus tahu aturan sedikit.”<br />

“Go bie-pay sangat hebat! Kata orang, lelaki tak boleh ribut dengan perempuan. Aku si setan<br />

arak mau tarik urat dengan pendeta perempuan.” Seraya berkata begitu, ia mengangkat<br />

cangkir arak untuk meneguknya. Tapi baru saja cangkir menempel dibibir tiba-tiba terdengar<br />

suara “srr…srr…!” yang sangat tajam dan tiga peluru menyambar, satu menghantam cangkir,<br />

satu memukul poci dan satu lagi menyambar dada.<br />

Hampir bersamaan terdengar ledakan-ledakan keras, ketiga peluru itu meledak dan terbakar.<br />

Cangkir dan poci arak hancur sedang dada Soema Cian Ciong berlubang besar. Badannya<br />

terpental dan ambruk di tanah. Dengan hati mencelos Hee Cioe menubruk tapi Soema Cian<br />

Ciong sudah tak bisa ditolong lagi. Bajunya hangus dan napasnya sudah berhenti tapi bibirnya<br />

masih tersungging senyuman. Pada detik terakhir, ia masih belum tahu bahwa ia sedang<br />

menghadapi maut.<br />

Kejadian itu tentu saja mengejutkan semua orang. Orang-orang gagah yang berada disitu<br />

adalah jago-jago berpengalaman luas. Tapi mereka tak tahu senjata rahasia apa yang<br />

digunakan Go bie-pay.<br />

“Celaka! Senjata apa itu?” teriak Cioe Tian dengan suara parau.<br />

Jilid 74________________________________<br />

“Kudengar di negeri asing ada semacam senjata rahasia yang menggunakan bahan peledak<br />

dan dinamakan Pek-lek Loei hwee tan,” bisik Yo Siauw. “Mungkin sekali peluru itu semacam<br />

Pek-lek Loei hwee tan.” (Pek-lek Loei hwee tan = Peluru geledek api atau granat).<br />

Sementara itu, sambil memeluk jenazah Soema Cian Ciong, Hee Cioe berkata kepada<br />

rombongan Go bie pay. “Walaupun dia sering suka guyon-guyon, Soema Hengtee seorang<br />

yang berhati mulia. Selama hidup ia belum pernah melakukan sesuatu yang berdosa. Saudarasaudara<br />

orang-orang gagah di kolong langit. Apakah di antara kalian ada yang pernah dengar<br />

bahwa Soema Cian Ciong pernah mencelakai sesama manusia?”<br />

Semua orang membungkam. Mereka turut berduka.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1347

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!