20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Selama menjagoi dalam rimba persilatan, para pendekar Boe Tong pernah mengukur te<strong>naga</strong><br />

dengan banyak sekali ahli-ahli silat yang tangguh dan pernah melayani entah berapa banyak<br />

pukulan yang aneh-aneh. Tapi baru sekarang mereka menyaksikan cara berkelahi yang aneh<br />

dari “tat coe”. Berduduk di tanah dan memukul dadanya sendiri. Jangankan melihat,<br />

mendengar pun mereka belum pernah mendengar pukulan yang luar biasa. Sebelum Boe Kie<br />

mengeluarkan silatnya yang luar biasa itu, keempat pendekar Boe Tong sudah memasukkan<br />

pedang mereka ke dalam sarung dan membela diri dengan tangan kosong. Boe Kie berduduk<br />

di tanah dan memukul-mukul dada, dalam kage dan heran mereka dengan serentak<br />

menghunus pedang dan menikam. Hampir berbareng pedang Song Wan Kiauw, Jie Lian Cioe,<br />

dan Thio Siong Kee menyambar ke tubuh Boe Kie. Pedang In Lie Heng telah dirampas dan<br />

dilemparkan oleh Boe Kie. Tapi di pinggangnya masih tergantung pedang Boh Seng Kok. Ia<br />

segera menghunusnya dan turut menikam<br />

Pada detik yang sangat berbahaya, mendadak Boe Kie menyapu salju dengan kakinya dan<br />

salju itu muncrat berhamburan keempat penjuru.<br />

Itulah salah sebuah pukulan Seng Hwee Leng yang dinamakan Hoei See Coan Siang Toei<br />

(pasir terbang menggulung rombongan pedagang) Ilmu ini dulu sering digunakan oleh si<br />

orang tua dari pegunungan untuk merobohkan rombongan pedagang yang lewat di padang<br />

pasir dengan menggunakan unta. “Si orang tua dari pegunungan” adalah perampok besar.<br />

Kalau lihat iring-iringan pedagang, ia segera duduk di pasir dan menangis tersedu sambil<br />

memukul-mukul dadanya sendiri. Rombongan pedagang itu tentu saja lantas berhenti dan<br />

menanyakan sebab musababnya dari tangisannya itu. Selagi orang tak waspada, si Orang Tua<br />

dari Pegunungan tiba-tiba menyapu pasir dengan kakinya, sehingga pasir muncrat<br />

berhamburan dan masuk di mata pedagang-pedagang itu. Selagi korban-korbannya tidak bisa<br />

membuka mata, dia menyerang sehebat-hebatnya. Dengan sekali pukul, dia bisa<br />

membinasakan puluhan orang. Itulah asal-usul Hoei See Coan Siang Toei dan sebagai<br />

gantinya pasir, Boe Kie menggunakan salju.<br />

Berbareng muncratnya salju, keempat pendekar Boe Tong kelilipan dan tidak bisa membuka<br />

mata. Tapi sebagai jago-jago ulung gerakan mereka cepat luar biasa dan serentak mereka<br />

melompat ke belakang. Tapi kalau mereka cepat, Boe Kie lebih cepat lagi. Bagaikan kilat,<br />

memeluk kedua lutut Jie Lian Cioe dan selagi menggulingkan diri, ia sudah menotok tiga hiat<br />

besar di tubuh jjh. Hampir berbareng ia berjungkjir dan selagi badannya melayang turun di<br />

udara, lutut kanannya menggentus Ngo Coe Hiat dan Sin Kong Hiat di tubuh In Lie Heng<br />

yang matanya lantas saja berkunang-kunang dan roboh di tanah. Song Wan Kiauw tidak dapat<br />

menggunakan pedangnya lagi tapi tangan kirinya lantas saja menghantam kepala si tat Coe.<br />

Tapi sebelum pukulan itu mampir pada sasarannya, mendadak dadanya kesemutan dan jalan<br />

darahnya sudah kena disikut Boe Kie.<br />

Tak kepalang kagetnya Thio Siong Kee. Dalam sekejab tiga saudara seperguruannya dibikin<br />

tidak berdaya. Ia mengerti, bahwa biar bagaimanapun jua, dengan seorang diri ia bukan<br />

tandingan musuh yang tangguh itu. Tapi ia tentu tidak bisa kabur sendirian dengan<br />

meninggalkan saudara-saudaranya. Dengan nekat, ia segera mengirim tiga tikaman berantai.<br />

Ketika itu Thio Siong Kee sudah dijalanan buntu dan menghadapi bahaya besar. Tidakannya<br />

tetap, sikapnya tenang dan serangannya hebat, sesuai dengan kemestian. Melihat begitu,<br />

didalam hati Boe Kie bersorak, “ilmu silat Boe Tong benar-benar luar biasa. Apabila tidak<br />

memiliki silat yang aneh ini, mungkin sekali aku tak bisa melawan para pamanku,” tiba-tiba<br />

ia memutar kepalanya, membuat lingkaran-lingkaran. Thio Siong Kee tidak memperdulikan,<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1176

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!