20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Mendengar keterangan itu, Boe Kie berpikir. Sesudah rombongan keenam partai tertolong<br />

memang ia juga ingin segera berangkat untuk mengajak ayah angkatnya pulang ke Tiongkok<br />

supaya orang tua itu bisa menduduki kursi Kauwcoe. Kalau nona Tio hanya ingin melihatlihat<br />

golok itu dalam waktu satu jam biarpun dia mau main gila, dengan penjagaan yang hatihati<br />

mungkin tak kan terjadi sesuatu yang tak diinginkan, ia ingat bahwa menurut ayah<br />

angkatnya di dalam golok tersebut bersembunyi rahasia pelajaran ilmu silat yang sangat<br />

tinggi. Ayahnya telah mendapatkan To-liong to sebelum kedua matanya buta. Tapi sebegitu<br />

lama orang tua itu, yang berotak sangat cerdas masih belum bisa memecahkan rahasia<br />

tersebut. Maka itu, dalam waktu satu jam nona Tio rasanya takkan bisa berbuat banyak. Selain<br />

itu, ayah angkatnya dan ia sudah berpisah kurang lebih sepuluh tahun. Mungkin sekali dalam<br />

sepuluh tahun ayah angkat itu sudah berhasil menembus tabir rahasia dari To-liong to.<br />

Melihat Boe Kie belum juga menjawab, Tio Beng tertawa. Kau tidak sudi meluluskan?<br />

tegasnya. Terserah padamu, aku ingin mengajukan permintaan lain, permintaan yang lebih<br />

sukar.<br />

Boe Kie tahu bahwa Tio Beng pintar dan banyak akalnya. Apabila nona itu mengajukan<br />

permintaan lain yang lebih sulit, ia lebih takkan bisa memenuhi janji. Maka itu, buru-buru ia<br />

menjawab, Baiklah! Aku bersedia untuk meminjamkan To-liong to kepadamu. Tapi kita<br />

berjanji pahit dulu, aku hanya meminjamkan dalam jangka waktu satu jam. Manakala kau<br />

berani main gila, berani coba-coba merampasnya, aku tentu takkan tinggal diam.<br />

Akur! Aku tak bisa bersilat dengan golok. Perlu apa aku inginkan golok yang berat itu?<br />

Andaikata kau menghadiahkannya kepadaku dengan segala kehormatan, belum tentu aku sudi<br />

menerimanya. Kapan kau mau berangkat untuk mengambilnya?<br />

Dalam beberapa hari ini.<br />

Bagus. Akupun akan segera berkemas. Jika kau sudah menetapkan tanggalnya, harap kau<br />

segera memberitahukan padaku.<br />

Boe Kie terkejut, Kau mau ikut? tanyanya.<br />

Tentu saja, kudengar ayah angkatmu berdiam di sebuah pulau terpencil. Jika orang tua itu<br />

tidak mau pulang, apakah kau mesti berlayar berlaksa li untuk mengambil golok itu dan<br />

menyerahkannya kepadaku dalam jangka waktu satu jam dan kemudian kau harus melakukan<br />

perjalanan berlaksa li lagi untuk memulangkannya dan sesudah itu pulang ke Tiong goan? Itu<br />

terlalu gila!<br />

Boe Kie manggut-manggutkan kepalanya. Pelayaran menyeberangi samudera penuh dan<br />

masih merupakan sebuah pertanyaan, apa ia bisa mencapai pulau Peng hwee to atau tidak.<br />

Sekali jalan saja masih belum tentu, apalagi sampai tiga kali. Perkataan Tio Beng mungkin<br />

sekali benar. Sesudah berdiam di pulau itu selama puluhan tahun, juga belum tentu ayah<br />

angkat mau pulang ke Tiong goan. Sesudah berpikir beberapa saat ia berkata, Angin dan<br />

ombak samudera tidak mengenal kasihan. Perlu apa nona pergi menempuh bahaya itu?<br />

Kalau kau boleh menempuh bahaya, mengapa aku tidak boleh? si nona balas bertanya.<br />

Apakah ayahmu sudi meluluskan?<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 981

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!