20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

“Tio Kauwnio,” kata Boe Kie, “Sebaiknya kau pulang dulu untuk berobat, setelah kau<br />

sembuh kita bisa bertemu lagi.”<br />

Tapi si nona menggelengkan kepalanya. “Tidak,” jawabnya, “Tabib di Ong hoe mana bisa<br />

menandingi kau? Thio Kongcoe, kalau menolong orang, kau harus menolong sampai akhir.”<br />

Mendengar perkataan adiknya, Ong Po-po kaget bercampur gusar. Saat itu Boe Kie berdiri<br />

agak jauh dari Tio Beng maka Ong Po-po segera menoleh ke Hian beng Jie-loo dan berkata,<br />

“Tolong kalian lindungi adikku. Ayo berangkat!”<br />

“Baik!” jawab mereka yang lalu mendekati Tio Beng.<br />

“Lok Hi Jie we Sian seng!” kata si nona dengan nyaring, “Ada satu urusan penting yang harus<br />

diselesaikan olehku dan Thio Kauwcoe. Te<strong>naga</strong> kami berdua justru tak cukup maka kuminta<br />

kalian sudi untuk membantu.”<br />

Kedua kakek itu melirik Ong Po-po. “Sepak terjang kepala siluman Mo Kauw selalu<br />

menyeleweng dan Koencoe Nio nio tidak boleh mendekati dia,” kata Lok Thung Kek, “Paling<br />

baik Koencoe Nio nio ikut Siauw ong-ya.”<br />

Alis si nona berdiri. “Apa sekarang Jie wie hanya mau menuruti perkataan kakakku dan tak<br />

sudi lagi mendengar perkataanku?” tanyanya dengan marah.<br />

“Ajakan Siauw ong-ya adalah untuk kebaikan Koencoe Nio nio sendiri,” kata Lok Thung Kek<br />

sambil tertawa, “Nasihatnya keluar dair hati yang mencintai.”<br />

Tio Beng mengeluarkan suara di hidung. “Koko,” katanya, “Atas seijin Thia-thia aku<br />

berkelana di dunia Kang ouw, kau tak usah kuatir. Aku bisa menjada diri sendiri jika bertemu<br />

Thia-thia sampaikanlah hormatku.”<br />

Ong Po-po tahu bahwa si adik sangat disayang oleh ayah mereka dan sebenarnya ia tidak<br />

berani terlalu mendesak tapi perginya adik seorang diri dengan Boe Kie biar bagaimanapun<br />

juga tak dapat diijinkan olehnya. Melihat si adik sudah mengedut tali untuk segera berangkat,<br />

ia segera menghadang dan berkata, “Hian moay, Thia-thia akan segera tiba di sini. Kau<br />

tunggulah sebentar, beritahukan dulu Thia-thia sebelum kau berangkat.”<br />

“Begitu Thia-thia datang aku tentu dihalangi,” kata si nona, “Koko aku tidak ikut campur<br />

urusanmu kaupun jangan ikut campur urusanku.”<br />

Ong Po-po melirik Boe Kie, melihat pemuda yang gagah dan tampan romannya itu dan<br />

mendengar perkataan adiknya, ia tahu si adik sudah cinta. Tapi Beng Kauw telah<br />

memberontak dan Kauwcoe Beng Kauw adalah kepala pemberontak. Ia gusar bercampur<br />

bingung. Terang-terang adiknya sudah dipengaruhi oleh kepala pemberontak itu. Bencana<br />

yang dihadapi bukan bencana kecil, demikian pikirnya.<br />

Sesudah berpikir sejenak, sambil mengibas tangan kirinya ia membentak, “Tangkap kepala<br />

siluman itu!”<br />

Hian beng Jie-loo segera menerjang, Lok Thung Kek menggunakan tongkat tanduk<br />

menjangan sedang Ho Pit Ong menyerang dengan pit-nya. Lweekang dari Hian beng Jie-loo<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1251

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!