20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Dalam kuil Siauw lim-sie, Kak wan berkedudukan rendah dan selama beberapa puluh tahun,<br />

ia menyembuyikan diri dalam perpustakaan Cong keng-kok. Ia tidak banyak dikenal dari<br />

sebegitu jauh, belum pernah orang menambahkan kata2 "Siansoe" dibelakang nama gelarnya.<br />

Maka itu, untuk sementara, Thian beng tak ingat siapa adanya. "Kak wan Siansoe". Sesudah<br />

bengong beberapa saat, barulah ia berkata: "A ! Ho Kie soe tentu maksudkan pendeta yang<br />

jaga kitab Lang keh keng.<br />

Apakah Kie soe mencari dia dalam hubungan soal kitab itu ?"<br />

"Entahlah," jawabnya sambil menggelengkan kepala.<br />

Thian bang segera berpaling kepada seorang murid dan berkata: "Coba panggil Kak wan."<br />

Murid itu lantas saja berlalu untuk mejalankan tugasnya.<br />

Boe siang Siansoe yang rupanya sangat bernapsu, sudah tak bisa menahan sabar lagi. Begitu<br />

mendapat kesempatan, ia segera berkata pula: "Ho Kie sie, kau dijuluki sebagai Khim kiamkie<br />

Sam-seng dan kata Seng itu tentu tak dapat dimiliki oleh sembarang orang. Tak usah<br />

disangsikan lagi, Kie soe mempunyai kepandaian yang baik, tinggi dalam tiga rupa ilmu itu,<br />

10 hari yang lalu, Kie soe telah menulis surat dan berjanji untuk memperlihatkan<br />

kepandaianmu. Tapi mengapa sesudah datang kemari, kau jadi begitu pelit dan sungkan<br />

memberi pelajaran kepada kami ?"<br />

Ho Ciok Too menggelengkan kepala. "Nona ini sudah mengatakan, bahwa kedua belah pihak<br />

tidak boleh merusak keakuran," katanya.<br />

Boe siang jadi gusar sekali. Ia terutama gusar karena, Ho Ciok Too sudah menantang lebih<br />

dulu dan tantangan itu dianggap sebagai kekurang-ajaran terhadap Siauw-lim sie. Disamping<br />

itu, ia juga gusar sebab Phoa Thian Keng dan kedua Soetee telah dirobohkan hingga diluaran<br />

orang bisa menyiarkan cerita, bahwa murid Siauw-lim pay dijatuhkan oleh Kiam seng. Tapi<br />

iapun yakin, bahwa sebagian besar murid2 Siauw-lim sie bukan tandingan Ho Ciok Too dan<br />

oleh karenanya, ia segera mengambil keputusan untuk turun tangan sendiri. Ia maju dua<br />

tindak seraya berkata: "Menjajal ilmu tak selamanya merusak keakuran. Mengapa Ho Kie soe<br />

menolak begitu keras ?" Ia berpaling kepada muridnya dan berkata pula. "Ambil pedang !"<br />

Didalam kuil sudah diSediakan macam2 senjata, tapi pada waktu keluar menyambut tamu<br />

para pendeta itu tentu saja merasa tak pantas untuk membawa senjata.<br />

Dengan cepat murid itu sudah keluar kembali dengan membawa tujuh delapan batang pedang<br />

yang lalu diangsurkan kepada Ho Ciok Too. "Apa Kie soe membaWa pedang sendiri atau<br />

ingin meminjam senjata kami?" tanyanya.<br />

Sebaiknya dari menjemput senjata yang diangsurKan Ho Ciok Too membungkuk dan<br />

mengambil sebutir batu kecil. Tiba2 dengan mengunakan batu itu, ia membuat sembilan belas<br />

garis melintang dan sembilan belas garis membujur diatas batu hijau yang menutupi jalanan<br />

didepan kuil, Setiap garis itu sangat lurus, seperti juga di babat dengan menggunakan<br />

penggaris. Tapi apa yang mengejutkan yalah setiap goresan masuk dibatu kira2 satu dim<br />

dalamnya. Batu hijau itu adalah batu gunung Siauw sie san yang keras bagaikan besi. Ratusan<br />

tahun orang mundar mandir di atasnya, tanpa rusak sedikit juga.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 46

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!