20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sret! sebatang anak panah menancap di ulu hati pembesar Boan itu yg lantas saja roboh tanpa<br />

bersuara lagi. Anak panah itu dilepaskan oleh seorang pemburu yg berada didekatnya. Dilihat<br />

dari cara melepaskan anak panah itu dan te<strong>naga</strong> yg menyertainya, sudah terang orang itu<br />

bukan pemburu biasa. Dilain saat, anak panah menyambar nyambar bagaikan hujan gerimis,<br />

setiap batang selalu tepat pada sasaran.<br />

Tapi biar bagaimanapun jua, serdadu2 Boan tidak boleh dipandang enteng. Sesudah kagetnya<br />

hilang, mereka segera melawan dengan nekad, anak panah dibalas dengan anak panah.<br />

Melihat perlawanan, delapan pemburu itu segera melompat naik ke punggung kuda dan<br />

menerjang bagaikan angin puyuh. Dalam sekejap, tigapuluh lebih serdadu Goan sudah roboh<br />

tak bernyawa. Melihat gelagat tidak baik, yang lainnya lantas saja terus melepaskan anak<br />

panah, sehingga pada akhirnya, sesudah mengejar kira2 dua li, mereka berhasil<br />

membinasakan semua musuh. Tak satupun diberi ampun.<br />

Sesudah itu, dengan sikap acuh tak acuh si kong coe tampan melompat keatas punggung<br />

tunggangannya dan berlalu tanpa menengok lagi.<br />

Hei! Tahan dulu! teriak Cioe Tian. Aku mau bicara dengan kau, Tapi si kongcoe tidak<br />

meladeni. Ia berjalan terus dengan diiringi oleh kedelapan pemburu.<br />

Kalau mau, dengan menggunakan ilmu peringan badan, Boe Kie dan yg lain2 masih bisa<br />

menyusul sembilan orang itu. Tapi sebab menghormati perbuatan orang2 itu, biarpun mereka<br />

heran, mereka sungkan melanggar adat. Mereka coba menduga2, tp tak bisa meraba siapa<br />

adanya orang2 itu.<br />

Kong coe itu terang2an seorang wanita yg menyamar sebagai pria, kata Yo Siauw. Delapan<br />

orang yg menggenakan pakaian pemburu rata2 berkepandaian tingi dan mereka bersikap<br />

hormat terhadap si kongcoe. Kepandaian mereka dalam melepaskan anak panah sangat luar<br />

biasa dan dilihat dari gerak gerik nya, mereka bukan orang2 dari salah sebuat partai di<br />

wilayah Tiong goan.<br />

Sementara itu, Yo Poet Hwie dan sejumlah anggota2 Houw Touw Kie memberi hiburan<br />

kepada para wanita yang baru terlepas dari bahaya. Atas pertanyaan, mereka menerangkan,<br />

bahwa mereka adalah penduduk dari tempat sekitar daerah tersebut. Dari saku mayat serdadu2<br />

Goan, Poet Hwie mengumpulkan emas, perah dan lain2 barang yg berharga yg lalu dibagikan<br />

kepada wanita2 itu, yg kemudia diperbolehkan pulang ke masing2 rumahnya.<br />

Sesudah beres rombongan Boe Kie lalu meneruskan perjalanan. Selama beberapa hari tak lain<br />

yg merek bicarakan drpd pembasmian pasukan Goan yg dilakukan oleh kesembilan orang itu.<br />

Sebagaimana biasanya orang gagah menghormati orang gagah. Mereka merasa menyesal,<br />

bahwa mereka tidak mendapat kesempatan untuk mengikat tali persahabatan dengan orang2<br />

itu.<br />

Yo Heng, kata Cioe Tian kepada Yo Siauw, Puterimu adalah seorang yg sangat cantik. Tapi<br />

kalu dibandingkan dengan sinona yang menyamar sebagai lelaki, ia kalah jauh.<br />

Benar, kata Yo Siauw. Jika mereka bersedia untuk masuk kedalam agama kita kedudukan<br />

delapan pemburu itu akan lebih tinggi dari pada Ngo Sian Jin.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 842

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!