20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Bocah, pergi! bentak si jubah abu-abu dengan suara menyeramkan.<br />

Si nona tidak menghiraukannya, Thia, katanya. <strong>Mar</strong>i kita istirahat.<br />

Yo Siauw tertawa getir. Kau pergilah lebih dahulu, jawabnya. Ia mengerti bahwa ia tidak akan<br />

bisa meloloskan diri dengan begitu mudah. Poet Hwie mengawasi si jubah abu-abu seraya<br />

berkata, Hweeshio, mengapa kau membokong ayahku?<br />

Orang itu tertawa tawar. Bagus! katanya. Matamu sangat tajam. Kau bisa mengenali bahwa<br />

aku seorang hweeshio. Hm aku tak bisa mengampuni kau lagi! Ia mengibaskan tangannya dan<br />

lalu menotok Peng hong hiat si nona.<br />

Hati Yo Siauw mencelos. Jika kena, putrinya pasti akan binasa. Pada detik berbahaya,<br />

walaupun Lweekangnya belum pulih, dengan nekat ia menyikut dada si hweeshio.<br />

Jari tangan kiri orang itu menyambar dan menotok Siauw hau hiat, di bawah siku Yo Siauw<br />

tapi karena serangan itu, sambaran jari tangan kanannya agak mirip dan tidak kena pada jalan<br />

darah yang membinasakan si nona.<br />

Sebagai seorang ayah yang sangat menyintai putrinya, sambil menahan dingin, Yo Siauw<br />

menendang hingga tubuh si nona terbang keluar dari ruangan itu kemudian ia berdiri di<br />

tengah-tengah pintu supaya si pendeta tidak bisa mengejar.<br />

Bocah itu sudah kena It im cieke, katanya dengan suara dingin. Belum tentu dia bisa hidup<br />

tiga hari tiga malam lagi. Ia mengawasi Yo Siauw dan berkata pula, Nama besar dari Kong<br />

Beng Soecia memang bukan nama kosong. Sudah kena dua totokan, kau masih bisa berdiri.<br />

Kong Kian Taysoe, pendeta suci dari Siauw Lim adalah seorang yang welas asih dan mulia<br />

hatinya, kata Yo Siauw. Sungguh tak disangka ia mempunyai seorang murid yang terkutuk<br />

seperti kau. Kau tentulah seorang murid dari deretan Goan. Goan apa namamu?<br />

Si jubah abu-abu terkejut. Hebat! Sungguh hebat! ia memuji. Matamu benar hebat. Kau sudah<br />

bisa melihat asal usulku. Pinceng bernama Goan-tin. (Pinceng - Aku si pendeta yang miskin)<br />

Boe Kie kaget tak kepalang. Orang itu telah menghajar Siauw Lim Kioe-yang kang kepadaku,<br />

pikirnya. Dia tahu bahwa dalam tubuhku mengeram racun Hian beng Sin-ciang tapi dia<br />

sengaja membuka pembuluh darahku sehingga racun dingin itu sukar diusir dari dalam<br />

badanku. Dilihat begini, dia bukan saja berilmu tinggi tapi juga sangat jahat. Dalam enam<br />

partai persilatan, mungkin sekali dia yang paling hebat. Hm kali ini Beng-kauw harus<br />

menerima nasib.<br />

Sementara itu Yo Siauw sudah berkata pula, Dalam permusuhan antara enam partai dan bengkauw,<br />

sebagai laki-laki sejati kita harus bertempur dengan senjata secara berhadap-hadapan<br />

tapi kau, ia tidak bisa meneruskan perkataannya, kedua lututnya lemas dan ia jatuh duduk di<br />

lantai.<br />

Goan-tin tertawa terbahak-bahak, Semenjak jaman purba, di dalam peperangan orang menarik<br />

keuntungan dengan siasat luar biasa dan dalam memimpin tentara orang memang biasa<br />

menggunakan tipu daya, katanya. Aku Goan-tin seorang sudah bisa merobohkan tujuh jago<br />

utama dari Beng-kauw. Apakah kamu masih penasaran?<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 698

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!