20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kan Ciat dan Sie Kong Wan menyeringai.<br />

Mereka tahu, bahwa itu berarti Kie Siauw Hoe sudah meninggal dunia.<br />

Sie Kong Wan tertawa dingin. "Beli beras?" tanyanya dengan nada mengejek, "jikalau bisa<br />

mendapatkan sebutir beras dalam jarak lima ratus li di sekitar tempat ini, kau betul-betul<br />

pintar"<br />

Dengan lirikan mata, Kan Ciat memberi isyarat kepada Sie Kong Wan. Tiba-tiba mereka<br />

melompat dengan berbareng, Kan Ciat mencekal kedua tangan Boe Kie, sedang Sie Kong<br />

Wan memeluk Poet Hwie.<br />

Boe Kie terkesiap. "E-eh Mau apa kamu?", tanyanya.<br />

"Di seluruh Hong yang hoe semua manusia kelaparan," jawab Kan Ciat. "Dalam menghadapi<br />

kebinasaan, kami harus menolong diri sendiri. Nona itu bukan sanak familimu. Dia dapat<br />

menyambung jiwa kami...."<br />

"Manusis celaka!" caci Boe Ka dengan kegusaran yang meluap-luap. "Kamu, manusiamanusia<br />

yang menamakan diri sendiri sebagai orang orang Rimba Persilatan, tapi mau<br />

melakukan perbuatan terkutuk itu? Sungguh memalukan! Apa kamu tidak merasa malu,<br />

menjadi manusia sehina itu?"<br />

Dalam laparnya memang Kan Ciat sudah tidak mengenal malu. Mendengar cacian pedas ia<br />

jadi gusar dan lalu menggaplok muka Boe Kie keras. "Binatang! Kaupun akan mengalami<br />

nasib seperti dia!" bentaknya.<br />

Bagaikan kalap Boe Kie meronta-ronta, tapi Seng cioe Ka lam adalah seorang ahli sitat dan<br />

cekalannya keras bagaikan besi. Kedua soeteenya Sie Kong Wan segera mengambil tambang<br />

yang lalu digunakan untuk mengikat kedua anak itu.<br />

Sesudah dibelenggu, Boe Kie menghela napas. Ia merasa bahwa hari ini ia akan menyusul<br />

kedua orang tuanya di alam baka. Dalam gusarnya, ia merasa menyesal, bahwa ia sudah<br />

menolong jiwanya keempat manusia itu.<br />

"Binatang kecil" caci Kan Ciat. "Kau sudah mengobati lukaku dan didalam hatimu kau<br />

sekarang pasti sedang mengutuk aku."<br />

"Manusia hina-dina!" teriak Boe Kie, "Kamu membalas kebaikan dengan kejahatan. Kalau<br />

tidak ditolong aku, sekarang kamu sudah berada dilobang kubur."<br />

"Saudard Thio." kata Sie Kong Wan sambil bersenyum senyum, "kau sudah menolong kami<br />

dan untuk itu kami merasa berhutang budi. Tapi sekaranq kami sedang menghadapi<br />

kebinasaan karena lapar. Kalau mau menolong, kau harus menolong sampai diakhirnya. Dan<br />

kamu sekarang sekali lagi kami memerlukan pertolonganmu.<br />

Keganasan Kan Ciat sudah menyeramkan, tapi kekejatnan Sie Kong Wan yang mengunjuk<br />

ketelengasannya sambil tertawa-tawa lebih menyeramkan lagi. Boe Kie jadi nekat dan<br />

berteriak: "Aku adalah murid Boe tong, sedang adikku muid Go-bie-pay. Kebinasaan kami<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 496

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!