20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Boe Kie menunduk, supaya orang tua itu tidak melihat matanya yang mengembang air. Ia<br />

merasa, bahwa sekarang ia lebih2 tidak dapat mengakui, bahwa ia adalah putera Thio Coei<br />

San, Yauw Ceng Coan mendapat keterangan yang tidak begitu tepat dan mengatakan bahwa<br />

ia baru berusia kira2 sembilan tahun. Jika ia membuka rahasianya sebagai putera Thio Coei<br />

San, merekapun belum tentu akan percaya.<br />

"Toako," kata Yauw Ceng Coan denga suara perlahan, "bagaimana dengan Cia-ya...?"<br />

Coe Tiang Leng batuk2 dan meliriknya. Yauw Ceng Coan mengerti maksud kakaknya, ia<br />

mengangguk sedikit dan berkata pula, "Bagaimana dengan cia-gie? Apa Toako mau<br />

mengumumkan perkabungannya?"<br />

"Kau putuskan saja sendiri." Jawabnya.<br />

Boe Kie jadi heran, "Tadi terang2 kudengar Cia-ya," katanya dalam hati. "Mengapa sekarang<br />

jadi cia-gie? Apa Cia-ya dimaksudkan sebagai ayah angkatku?" (Cia ya bearti tuan Cia<br />

sedang cia-gie yalah pemberitahuan tentang perkabungan).<br />

Malam itu Boe Kie tak bisa tidur. Di depan matanya kembali terbayang kejadian2 dimasa<br />

silam, pada waktu ia masih berada di pulau Peng hwee-to bersama kedua orangtuanya dan<br />

ayah angkatnya. Keesokan paginya, berbareng dengan suara tindakan, hidungnya mengendus<br />

bebauan harum dan sesaat kemudian, Coe Kioe Tin masuk dengan membawa paso air cuci<br />

muka.<br />

Boe Kie terkejut. Ia melompat bangun seraya berkata. "Tin cie... mengapa... mengapa kau..."<br />

"Semua pelayan dan budak sudah pergi," jawabnya "Apa halangannya jika aku melayani kau<br />

sekali dua kali?"<br />

Bukan main rasa herannya si bocah. "Tapi, mengapa...?" tanyanya.<br />

"Sudah lama Thia-thia menyuruh mereka pergi," kata si nona. "Setiap orang diberikan uang<br />

dan disuruh pulang, karena ... karena rumah ini sangat berbahaya." Ia berdiam sejenak dan<br />

kemudian berkata pua, " Sesudah kau cuci muka ayang ingin bertemu dengamu."<br />

Dengan hati tak enak, buru2 Boe Kie mencuci muka dan sesudah itu, ia menyisir rambut<br />

dengan dibantu oleh si nona, yang kemudian mengajaknya pergi ke kamar buku Coe Tiang<br />

Leng. Dalam gedung itu terdapat seratus lebih pelayan dan budak, tapi sekarang, satupun tak<br />

kelihatan mata hidungnya.<br />

Begitu lekas mereka masuk ke dalam kamar buku, Coe Tiang Leng segera berkata. "Saudara<br />

Thio aku menghargai kau sebagai seorang laki2 sejati dan sebenarnya aku ingin menahan<br />

engkau berdiam disini sampai sembilan atau sepuluh tahun. Tapi karena terjadinya satu<br />

perubahan luar biasa, maka kita terpaksa harus segera berpisah. Saudara Thio, kumohon kau<br />

tidak menjadi kecil hati." Sambil mengangkat dulang yang berisi duabelas potong emas,<br />

duabelas potong perak dan sebliah pedang pendek, ia berkata pula, "Inilah sedikit tanda mata<br />

dari kamu bertiga suami-oistir dan anakku. Kamu harap saudara Thio suka menerimanya.<br />

Kalau loohoe masih bisa hidup terus, dibelakang hari kita akan bisa bertemu pula..." Karena<br />

terharu, ia tidak dapat meneruskan perkataannya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 561

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!